Jumat, 27 Juli 2012

Dear God


"Dear God"



A lonely road, crossed another cold state line
Miles away from those I love
Purpose hard to find
While I recall all the words you spoke to me
Can’t help but wish that I was there
Back where I’d love to be, oh yeah
*courtesy of LirikLaguIndonesia.Net
Dear God the only thing I ask of you
Is to hold her when I’m not around
When I’m much too far away
We all need that person who can be true to you
But I left her when I found her
And now I wish I’d stayed
‘Cause I’m lonely and I’m tired
I’m missing you again, oh no
Once again
There’s nothing here for me on this barren road
There’s no one here while the city sleeps
And all the shops are closed
Can’t help but think of the times I’ve had with you
Pictures and some memories will have to help me through, oh yeah
Dear God the only thing I ask of you is
To hold her when I’m not around,
When I’m much too far away
We all need that person who can be true to you
I left her when I found her
And now I wish I’d stayed
‘Cause I’m lonely and I’m tired
I’m missing you again oh no
Once again
Some search, never finding a way
Before long, they waste away
I found you, something told me to stay
I gave in, to selfish ways
And how I miss someone to hold
When hope begins to fade…
A lonely road, crossed another cold state line
Miles away from those I love
Hope is hard to find
Dear God the only thing I ask of you is
To hold her when I’m not around,
When I’m much too far away
We all need the person who can be true to you
I left her when I found her
And now I wish I’d stayed
‘Cause I’m lonely and I’m tired
I’m missing you again oh no
Once again

Jumat, 20 Juli 2012

fanfiction chapter 3

Tittle: Little Dongsaeng
Chapter03
Author: Ghinaa3424
Pair: YeWook
Sligh:: SiBum/KangTeuk


"Ahjumma? Apa perlu membawa barang-barang ini?" tanya Yesung kepada Leeteuk yang kini sedang membawa banyak barang ke kamar inap Ryeowook.
Yah, kejadian siang itu membuat Ryeowook harus di rawat di rumah sakit. Sejak siang itu hingga malam hari Ryeowook belum juga sadarkan diri.
"Umma, ini sudah malam. Kenapa Wookie-eonnie belum juga sadar?" tanya Kibum kepada Leeteuk.
"Dia hanya tidur chagiya, sebaiknya kau kembali ke kamarmu. Kau juga perlu istirahat," kata Leeteuk bijak.
"Ne Kibum-ah, kau juga perlu istirahat. Ahjumma, biar aku yang mengantar Kibum ke kamarnya," tawar Siwon kepada Leeteuk.
"Ne Siwon-ssi. Yesungie, Ahjumma titip Wookie malam ini. Sebentar lagi appa-nya juga akan datang," ucap Leeteuk kemudian menepuk bahu Yesung.
.
Ý≠
.
"Yesung-ie? Bagaimana keadaan Ryeowook?" tanya Kangin dengan nafas yang memburu.
"Ahjushi? Ahjushi dari mana saja?" tanya Yesung mengintrogasi Kangin.
"Mian merepotkanmu, ahjushi dari mokpo. Aku harus mengurus perusahaanku sebentar," kata Kangin kemudian berjalan mendekati Ryeowook.
"Chagiya? Kau kesakitan bukan?" bisik Kangin mengelus lembut kepala Ryeowook.
"Dokter bilang dia tidak apa ahjushi, dia hanya kaget. Tidak ada luka serius."
"Sebenarnya apa yang terjadi? kenapa dia bisa sampai tertabrak mobil begini?" tanya Kangin menatap Yesung.
"Maafkan aku ahjushi, ini salahku."
"Ani Yesung-ie, Ryeowook tidak mungkin menyalahkanmu," jelas Kangin kemudian menyandarkan tubuhnya di sofa ruangan Ryeowook di ikuti Yesung.
"Kau sudah menghubungi appamu Yesung-ie?" tanya Kangin yang sudah mulai memejamkan matanya.
"Ne ahjushi, appa sudah mengizinkan aku," ucap Yesung kemudian berjalan mendekati Kangin dan merebahkan tubuhnya untuk beristirahat sebentar.
.
Ý≠
.
"Yesungie, ahjushi titip Ryeowook, Kibum dan Leeteuk Ahjumma kepadamu hari ini. Ahjushi harus kembali ke Mokpo. Ada yang harus ahjushi selesaikan," jelas Kangin menepuk bahu Yesung pelan.
"Ne ahjushi."
"Ani, kau cukup menjaga Ryeowook saja. Karena Ahjumma dan Kibum harus ke SM hospital. Kibum harus melakukan cek kemotherapi disana hari ini."
"Ne Ahjumma." kata Yesung tersenyum kepada Leeteuk dan Kangin.
.
Ý≠
.
"A-anu Ahjumma, apa ini tidak berlebihan? Apa kita tidak akan di usir penjaga rumah sakit?" tanya Yesung ragu kepada Leeteuk yang sejak tadi kembali membereskan barang-barang dikamar Ryeowook.
"Ani oppa, umma sudah meminta izin pihak rumah sakit untuk meletakkan barang-barang ini," jelas Kibum pada Yesung.
"Tapi? Apa ini tidak berlebihan Kibum-ie?" tanya Yesung kembali kepada Kibum.
"Ani Yesung-ie, Wookie tidak betah dengan namanya rumah sakit. Seumur-umurnya ini kedua kali dia masuk rumah sakit setelah flu berat saat masih SD dulu," kata Leeteuk menjelaskan.
"Maksud Ahjumma?" tanya Yesung dengan tampang ppabo-nya.
"Wook-ie benci dengan rumah sakit. kalau dia bangun dan melihat dia terbaring di ruangan ini nggak elit banget kalau dia berteriak-teriak menganggu pasien lain bukan?"
"Heh? Aku tidak mengerti Ahjumma."
"Pokoknya Wookie eonnie itu benci rumah sakit, makanya dia tidak pernah mau menginap walau aku yang masuk rumah sakit. Dia bilang rumah sakit itu mengerikan. Makanya kita harus membuat suasana rumah agar dia merasa nyaman dan merasa seperti di rumah sendiri," jelas Kibum dan Yesung pun mengerti.
.
Ý≠
.
Yesung pov
'Sebegitu takutnya kau pada rumah sakit hingga harus seperti ini?' bisiku menatap pemandangan di ruang inap Ryeowook yang seperti kamar hotel saja.
Wookie-ah? Kenapa kau belum juga sadar? Ini sudah malam. Kibum dan umma-mu belum juga kembali. Mereka bilang mereka menginap di SM hospital.
Ini sudah dua hari sejak kejadian itu, kenapa kau belum juga bangun?
Aku menatap sosok yang selama ini kukenal sebagai yeojya manja yang hanya bisa bermanja kepada dongsaeng-nya.
Kau kuat bukan? Kau selalu berusaha menjaga Kibum. Apa kau sudah tidak peduli pada Kibum lagi? Apa kau sudah tidak ingat janjimu untuk menjaga Kibum? Dia dongsaeng kesayanganmu bukan?
Ekor mataku menatap buku diary Ryeowook yang diletakkan Leeteuk Ahjumma di meja sebelah tiang infus Ryeowook.
Pelan aku membuka diary-nya.
"Hari ini aku masuk SM High School. Senangnya bisa di terima bersama Kibum. Aku pasti akan menjaga Kibum. Tapi dia masuk kelas X1 T.T kenapa aku tidak sekelas saja dengannya? Tapi aku senang. Yang pasti aku bisa bersamanya. Hwaiting Wookie. Kibum pasti bangga mempunyai eonnie sepertimu. hehe"
Aku tersenyum membaca lembaran-lembaran diary yang di tulisnya.
"Hari ini aku masuk SM High School bersama Kibum. Tapi dia melupakan bekalnya lagi. Tapi aku senang aku bisa berguna untuk Kibum. Aku mengantarkan bekalnya. Saat menuju ruang kelas aku bertemu Yesung oppa, Malaikatku. Tuhan, Aku harap Kibum dan Yesung oppa bahagia. Mereka hartaku. Hari ini aku juga ditawari masuk klub musik oleh Donghae oppa"
'aku?' bisikku setelah membaca lembaran kertas diary Ryeowook. Kenapa Ryeowook berfikir aku malaikatnya? Tanpa mempedulikannya, Aku melanjutkan ke halaman-halaman berikutnya.
"Hari ini aku mengantarkan kue kering buatan umma ke rumah Yesung oppa. Saat pulang aku tidak menemukan siapapun di rumah. Saat mereka pulang, umma terlihat sedih. Sebenarnya apa yang terjadi? Haishhh aku tidak bisa berfikir banyak. Kibum bilang aku harus belajar. Dia dongsaeng yang sangat manis. Aku sangat menyayanginya. Aku mohon agar dia selalu tersenyum manis."
Aku berjalan duduk di sebelah tempat tidur Ryeowook. Membenarkan selimutnya dan kembali membaca diarynya.
Hanya tulisan biasa, dia hanya menulis bosan dan bosan.
"Yesung oppa hari ini benar-benar menyebalkan. Kenapa dia menatapku seperti itu? Apa salahku? 'hahhhh' hanya aku yang bodoh, mencintai Yesung oppa. Hanya aku sendiri yang merasakannya. Sedangkan Yesung oppa sendiri? Aku tahu, dia pasti menyukai Kibum. Tidak pernah sekalipun dia membentak Kibum. Sedangkan kepadaku? Setiap saat. Setiap aku melakukan sedikit kesalahan dia akan selalu marah kepadaku. Hari ini Kibum pingsan aku tidak tahu kalau dia sakit. Mungkin karena dia selalu tersenyum manis kepadaku. Sungguh aku tidak tahu dia sakit apa. Saat aku tanya pada umma ataupun appa. Mereka bilang Kibum hanya lelah. Tuhan, aku mohon agar Kibum sehat seperti biasanya. Karena aku sangat menyayangi dongsaengku itu"
Aku terdiam membaca bagian ini. Ryeowook? Dia menyukaiku? Dia mengira aku menyukai Kibum. Yah, kalau boleh jujur aku memang lebih menyukai Kibum. Yeojya itu sangat manis, dia selalu tersenyum manis dan dia juga sangat dewasa di banding Ryeowook.
Aku melanjutkan ke halamn berikutnya.
"Hari ini Kibum berceloteh sangat senang. Dia mendapat nilai tertinggi di kelasnya. Aku senang kalau dia juga senang. Tapi aku sedikit kesal. Umma! kenapa umma hanya mengatakan 'anak pintar' kepaku. Umma tidak mengatakan 'chukkae' seperti kepada Kibum. Padahal nilaiku lebih baik dari Kibum. Umma hari ini benar-benar menyebalkan. Tapi umma tetaplah yang terbaik.
Hari ini juga aku diberi brosur lomba akustik. Donghae oppa menyarankan agar aku mengikuti lomba itu. Aku ingat, umma dan Yesung oppa pernah bilang ingin melihat permainan pianoku makanya aku mengisi formulirnya. Tuhan, aku harap aku bisa mempersembahakan lagu kesuakaanku 'one fine spring day' untuk mereka dengan sangat baik"
'akhh, lomba itu' aku ingat Ryeowook pernah memberikan alamat tempat lombanya kepadaku. Setelah itu kulanjutkan membaca bagian selanjutnya.
"Hari ini aku berlatih sendiri di ruang klub musik. Dongahe oppa ada kencan dengan Eunhyuk eonnie. Tapi aku senang hari ini Kibum mendengarkan permainan pianoku _
Hari ini juga ada yang aneh dengan Kibum, dia terlihat pucat. Tapi saat ku-tanya dia bilang dia baik-baik saja. Tuhan, aku harap Kibum benar-benar baik-baik saja.
Hari ini perjalan pulang Yesung oppa meninggalakan aku sendiri. Aku berjalan sendiri dan diperjalanan aku membeli jeruk untuk Kibum. Dia terlihat senang dengan jeruk yang kubelikan _
hatiku memang sakit melihat Yesung oppa bersama Kibum, tapi aku senang kalau Kibum bisa tertawa. Aku suka melihatnya tersenyum. Dia sangat manis. Dia dongsaengku, dia saudaraku satu-satunya. Bagiku cinta bisa dicari, tapi dongsaengku itu tidak bisa dicari, dia anugerah tuhan yang diberikan untuk memberi kebahagiaan kepadaku lewat senyumannya. Dua hari lagi aku aka mengikuti lomba akustik itu. Tuhan, aku mohon agar Yesung oppa datang dan melihat performanceku nanti."
'Akhh hari itu, apa dia benar-benar menyukaiku?' Batinku bertanya. Aku kemudian melirik Ryeowook yang belum juga bangun. Akupun melanjutkan membaca diary-nya.
"Hari ini aku mengikuti lomba itu, Yesung oppa tidak kunjung datang. Aku sama sekali tidak berharap dia akan datang lagi T.T
Dirumah tidak ada yang menyambut kedatanganku. Yang kuterima sebaliknya. 'Kibum masuk rumah sakit dan harus di operasi' sebenarnya dia sakit apa? Kenapa tidak ada yang mau memberi tahuku?"
Apa dia benar-benar tidak tahu mengenai penyakit Kibum? Aku kembali mebalik-balik buku diary Ryeowook. Mencoba mencari jawaban atas pertanyaan yang kini memenuhi pikiranku.
"Hari ini aku janji akan mengajak Kibum ke kedai ice cream dekat sekolah kalau dia sudah keluar dari rumah sakit. Semoga cepat _"
Pendek sekali? Mungkin dia sedang senang.
"Dear…
Mian kemarin aku tidak menulis, sepertinya aku ketiduran. Kemarin aku memberikan Kibum es cream, tapi Yesung oppa marah padaku T.T
Tapi kemarin aku baru sadar kalau ternyata Kibum terkena penyakit kanker. Tuhan, apa salahnya padamu? Apa penyakit itu tidak bisa dihilangkan. Aku akan menerimanaya kalau kau berikan penyakit itu padaku. Yang aku ingin agar dia kembali sehat.
Hari ini aku membawa piala akustikku. Saat di ruang Kibum aku melihat seorang namja yang tiba-tiba saja menginginkan boneka winnie the pooh kesayanganku. Jelas saja aku tidak akan memberikannya =="
Boneka itu? Dia benar-benar menjaga boneka itu? Itu hadiah yang kuberikan untuknya dulu. Benarkan Ryeowook menyukaiku?
"Hari ini Kibum di operasi. Mian Kibum-ah, eonnie takut rumah sakit. Makanya eonnie tidak datang melihat operasimu. Hari ini umma datang dan mengajakku ke tempat Kibum, bukan ruang operasi. aku juga berjanji untuk memberikan boneka winnie the poohku. Biarlah aku memberikannya untuk Kibum yang pasti Kibum bisa senang. Dokter Shindong bilang kami harus membuat Kibum senang agar dia tersemangati."
Aku menatap jam di dinding kamar inap ryeowok, sudah pukul sembilan malam. Kenapa kau belum juga bangun?
Aku berjalan mendekati Ryeowook dan menyeka keringatnya. Dia berkeringat banyak sekali.
Setelah itu aku kembali duduk dan membaca diary-nya. Sepertinya membaca privasi orang adalah hobby ku saat ini.
'heh? Kenapa tidak ada lagi?' batinku menatap lembaran yang kosong.
Ahhh ppaboya kau Yesung, itukan kemarin. Di belum juga sadar. Jelas saja dia tidak akan menulis.
Aku mengembalikan diary Ryeowook ketempat semulanya.
'kenapa kau belum juga sadar Wookie-ah?' bisikku pelan kepada Ryeowook.
"Mianhae karena oppa sering membentakmu, sungguh oppa menyesal Wookie-ah. Oppa mohon kau bangun Wookie-ah. Ireona Wookie-ah. Kau yeojya yang kuat bukan? Apa kau marah pada oppa sampai kau tidak mau bangun?" aku menggenggam erat tangan mungil Ryeowook.
.
Ý≠
.
"Ngghhhhh" aku tersadar dari lamunanku, kutatap Ryeowook. Dia menggerakkan tangan mungilnya. Dia membuka matanya dengan perlahan. Membiasakan diri dengan sinar ruangan yang serba putih.
"Wookie? Kau bangun?" aku berdiri dan membungkukkan badan melihatnya.
Ryeowook masih mencoba membiasakan diri dengan terangnya cahaya ruangan inapnya.
"Nghhh oppa? Waeyo?"
"Hahhhhh" aku bernafas lega. Akhirnya Ryeowook bangun juga.
"Ani, kau baik-baik saja kan?" aku menyingkirkan poni hitamnya yang hampir menutupi mata caramelnya.
"Oppa? Ini dimana? Umma? Kibum? Appa?"
"Mereka keluar sebentar. Sebentar lagi mereka akan kembali Wookie-ah," jelasku kepadanya "Sekarang sudah malam, kau tidurlah. Oppa yang akan menemanimu," sambungku.
"Oppa? Waeyo oppa?"
"Heh? Waeyo?" tanyaku bingung karena tidak mengerti.
"Akhh ani, aku hanya merasa beda."
"Ne, sekarang kau tidurlah, oppa akan menjagamu."
"Ne oppa, maukah oppa menyanyikan satu lagu untukku?" aku menganggukkan kepalaku pelan setelah itu dia kembali memejamkan mata indahnya. Ini sudah malam, aku tidak mungkin membiarkannya tetap dalam keadaan sadar.
I finally set my heart to leave
And it came to me like a harsh storm
It might be a fate that will wash away like the rain
Because it was more painful than a fate shattered like glass
At the end of this walk, I let you know but you wouldn't know
_storm-Super Junior
Yesung pov end
'gomawo oppa tidak membentakku' bisik Ryeowook hampir tidak kedengaran oleh Yesung yang telah tertidur di sebelah tempat tidurnya.
.
Ý≠
.
"Wookie-ah, kau sudah bangun?"
"Ne oppa," jawab Ryeowook yang kini sedang menulis diarynya.
"Ini, tadi seorang suster mengantarkan makanan untukmu, sebaiknya kau makan lalu minum obatmu. Sebentar lagi Kibum dan umma-mu akan datang ke sini," jelas Yesung mendekati Ryeowook dan mulai menyuapi Ryeowook.
"Oppa? Hmm saranghae oppa."
"Heh?" Yesung terkejut dengan apa yang baru saja dikatakan Ryeowook.
"Akh ani, oppa tidak perlu menjawabnya. Aku tahu oppa menyukai Kibum. Hanya saja… hanya saja aku akan senang kalau oppa bahagia bersama Kibum," Ryeowook mencoba tersenyum menutupi perasaan kecewanya.
Degh
'damn it,' bisik Yesung karena jantungnya tiba-tiba berdegup kencang.
Yesung mengambil nafas dan mengeluarkannya secara perlahan.
"Mian Wookie-ah. Oppa tidak bisa menjawabnya," kata Yesung bijak.
"Eonnie," suara Kibum akhirnya memecah keheningan yang terjadi di antara Yesung dan Ryeowook.
"Waeyo? Kau senang sekali Kibum-ah?" tanya Ryeowook membalas pelukan Kibum.
"Wookie-ah, Kibum akan segera di operasi. Mungkin yang terakhir dan menjalani kemotherapi lagi,"
"Heh? Itu berarti kau akan sembuh kan?" jawab Ryeowook senang dan Kibum mengangguk setuju.
"Aku keluar dulu," kata Yesung kemudian meninggalkan keluarga Kim.
Yesung pov
"Hahhhhh," aku menghela nafas. Ada apa denganku, kenapa perasaanku menjadi begini?
"Yesung?"
"Ah Siwon-ssi?"
"Jangan panggil aku dengan embel-embel -ssi begitu panggil Siwonie saja," kata Siwon yang baru saja datang.
"Ah iya. Waeyo Siwonie?" tanya Yesung melihat Siwon seperti mencari seseorang.
"Ani, hanya saja tadi Kibum menghubungiku. Dia bilang dia akan melakukan operasi terakhir di kanada. Mereka di beritahu pihak SM hospital untuk melakukan operasi disana sekaligus melakukan kemotherapi," jelas Siwon padaku.
Aku hanya bisa diam. Ke kanada? Lalu?
.
Ý≠
.
Akhhh aku memilih duduk di lorong rumah sakit memikirkan perasaanku yang sedikit kacau.
.
Ý≠
.
Sudah satu minggu, Kibum belum juga mengatakan tentang operasi itu padaku. Dan Ryeowook juga sudah keluar dari rumah sakit karena dia memaksa keluar. Yah saat dia dinyatakan sembuh dia memaksa keluar karena phobia kalau berada lama-lama di rumah sakit. Phobia yang aneh tapi begitulah kenyataannya.
Hari ini aku mengunjungi Kibum.
"Oppa? Waeyo oppa?" kulihat Kibum sedang bicara dengan Siwon, mereka sangat dekat. Melihatku berdiri di depan pintu Kibum memanggilku lalu Siwon permisi keluar.
"Kibummie, ada yang ingin oppa bicarakan," kataku duduk di sebelah tempat tidurnya.
Kibum memilih tetap duduk di tempat tidurnya dengan posisi menyender di kepala tempat tidur.
"Ada apa oppa?" tanyanya tersenyum kepadaku "Ah iya oppa, dua hari lagi aku akan ke Kanada" aku terdiam mendengarnya. Dia mengatakan padaku saat dua hari lagi keberangkatannya.
"…"
"Aku tahu oppa pasti akan terkejut. Hanya saja, aku mau oppa menemaniku ke Kanada."
Aku semakin kacau.
"Apa oppa mau pergi ke Kanada denganku?" tanya Kibum padaku.
Aku menutup mataku lembut, keheningan terjadi.
Apa yang kulihat, kenapa aku malah melihat senyuman yeojya itu.
Akhh dia benar-benar manis saat tersenyum, aku menyukainya. Hanya aku saja yang tidak menyadarinya. Dia benar-benar baik, hanya saja aku yang terlalu berlebihan menanggapinya.
Kubuka mataku, kenapa disaat begini aku malah membayangkan yeojya keras kepala itu. Akhh apa ini yang dinamakan cinta?
"Mian Kibummie, tapi disini ada yeojya lain yang lebih membutuhkan oppa. Kau ajak saja Siwonie. Oppa rasa dia tidak akan keberatan."
"Oppa sudah menyadarinya?"
"Mwo?" aku terkejut dengan pertanyaan Kibum.
"Ne oppa, kau menyukai Wookie-eonnie bukan? Hanya saja kau tidak menyadarinya. Makanya aku melakukan ini. Sebenarnya aku memang akan pergi dengan Siwonie oppa, karena appa-nyalah yang akan mengoperasiku nanti," jelas Kibum padaku "Ini Wookie eonnie pasti ada disini sekarang," kata Kibum memberikan secarik kertas padaku.
Aku mengambil kertas itu dan berlari menuju alamat yang tertulis.
Bodohnya aku telah membuat yeojya itu menunggu.
.
Ý≠
.
"Wookie? Wookie-ah? Kau dimana?"
"Sikkeureo!" aku terkejut karena suara tenor itu mengejutkanku.
"Ah mian Wookie-ah," kataku membungkukkan badan.
"Haishhh Yesung oppa! kau membuat semua merpati itu pergi kan?" pekiknya kemudian berjalan duduk ke bangku taman dekat rumah sakit.
Ryeowook mengerucutkan bibirnya dan menggembungkan pipinya serta melipat kedua tangannya di dada. Ini merajuk ala Kim Ryeowook. Aku hapal sekali gerakan ini.
'Cweetttt'
"'oppa! appo!" dia berteriak kepadaku karena aku mencubit pipinya.
"Kau sih pakai acara marah-marah begitu," kataku mendudukkan diriku di sebelahnya.
"…" dia tidak menjawabku.
Greppp
Aku memeluknya, kutatap wajahnya dalam. Akhh mata ini, mata caramel ini benar-benar menyejukkan.
"Waeyo oppa?" dia memberontak karena pelukanku.
"Mianhae Wookie. Saranghae Kim Ryeowook. Jeongmal saranghae," aku membenamkan kepalaku di bahunya "Apa kau masih mencintai oppa?" sambungku lagi.
"Eonjena oppa."
"Mwo? Jijja Wookie-ah?"
"Ne oppa?" dia tersenyum manis kepadaku.
"Mian oppa baru menyadarinya," kataku kembali memeluknya.
Yesung pov end
"Hiks hiks hiks.. Jangan tinggalkan eonnie Kibum-ah," tangis Ryeowook tak kunjung berhenti sejak dia mengetahui kepergian Kibum sehari sebelum Kibum berangkat ke Kanada.
"Hehe, eonnie jangan menangis. Kasihan Yesung oppa kalau eonnie begini terus. Aku hanya dua tahun, setelah itu kita kembali seperti semula," jelas Kibum kemudian memeluk Ryeowook.
"Chagiya, berhentilah menangis."
"Ta-tapi kalau umma juga ikut berarti aku akan sering sendirian di rumah?" ucap Ryeowook masih dalam isakannya.
"Kan ada appa chagiya?" kata Kangin menenangkan Ryeowook.
"Aniyo! appa sering keluar kota"
"Kalau begitu oppa yang akan menemanimu kalau kau sendirian," ucap Yesung memeluk Ryeowook.
"Jijja?"
"Ne."
.
Ý≠
.
Saudara? Bagiku mereka bagian dari diriku. Aku merasa senang saat melihatnya tersenyum. Dongsaengku benar-benar manis. Dia membuat hari-hariku menjadi berwarna seperti pelangi. Tapi saat dongsaeng-ku pergi, aku masih memiliki seorang namjachigu. Dia membuatku mengetahui kehidupan, dia memberikanku cinta. Terima kasih untuk semuanya.
Lembar terakhirku.
"Gomawo uri dongsaeng, kau dongsaeng terbaikku."

Apa yang kalian cari? saudara? kebahagiaan? cinta? keluarga? teman atau... semuanya?
Dengarkan aku baik-baik, hidup di dunia ini maka kau harus melakukan sesuatu, mendapatkan sesuatu maka kau harus bersiap kehilangan sesuatu. menginginkannya kembali? kau harus siap berjuang.
Hanya cerita sebuah keluarga dengan sentuhan cinta dalam kehidupan. Yakinkan aku kalian yang terbaik diantara mereka. Pastikan aku kita akan selalu bersama, dalam bentuk apapun.
'Dare mo kanpeki jyanaitte'
(No One Is Perfect)

END!

fanfiction chapter 2

Tittle: Little Dongsaeng
chapter02
Author::Ghinaa3424
Pair: YeWook or YeBum
Sligh:: Kangteuk/SiBum



Yesung pov
"Kibum kau sakit?" tanyaku kepada Kibum yang terlihat sangat pucat. Benar saja, dia meremas rambutnya. Aku tahu, kanker di kepalanya pasti sedang mencoba menyakitinya lagi.
"Tenangkan dirimu, oppa ada disini," kataku memeluknya.
"Oppa? Gomawo. Tapi akhhh…" Kibum mulai kesakitan dan sedikit berteriak.
"Tolong jaga eonnie-ku," katanya kemudian pingsan.
Aku segera membawanya kerumah sakit dan menghubungi orang tuanya.
Kulihat Kangin ahjushi datang dengan Leeteuk ahjumma. Tunggu! Dimana Ryeowook? Apa dia tidak tahu kalau Kibum sekarang sedang sakit? Apa dia sudah tidak peduli dengan Kibum?
Aku duduk di lorong rumah sakit bersama Kangin ahjushi yang sedang menenangkan Leeteuk ahjumma.
"Yesungie, gomawo kau telah membawa Kibum ke rumah sakit," kata Kangin-ahjushi.
"N-ne ahjushi," jawabku sedikit gugup.
Yesung pov end
Ryeowook pov
'Yesung oppa? Kau dimana? Aku sudah memberikan alamat itu kan? Kenapa kau tidak datang juga? Apa kau benar-benar tidak mau melihat performance-ku?' batinku miris saat tidak kutemukan sosok Yesung oppa di antara pengunjung.
"Wookie-ah, kau sudah siap? Sebentar lagi giliranmu," Donghae oppa menepuk bahuku. Aku mengangguk kemudian namaku di panggil dan aku segera menaiki panggung menuju grand piano hitam yang berdiri kokoh sendirian di atas panggung.
"Geu nal cheoreom ttatteuthan baram bulgo geudaega sarang hadeon hwabunen kkochi pigo
Eoneu saenga bom nari deuriwodo ajikdo nan gipeun gyeo uljameul jago shipeo"
Ekor mataku tidak juga menemukan sosok Yesung oppa. Aku melanjutkan nyanyianku.
"Aju meolli, aju meolli geudaega inayo sashil nan geudaega maeil geuri unde
Aju jageun, aju jageun saso han geoteuredo maeil geudaega saeng gagi na"
Aku meneteskan air mataku. Tanpa kusadari hatiku benar-benar sakit.
"Bangan gadeuk nama wirohae judeon geudae hyang giga kkossoge da heuteojyeo
Eonjenga neun neukkilsu eobseulkka bwa geudae iteon gong girado bujaba dugo shipeo"
'oppa? Kau dimana?' batinku terus mencarinya.
"Aju meolli, aju meolli meon gose inayo sashil nan geudaega maeil geuri unde.
Aju jageun, aju jageun saso han geoteuredo maeil geudaega saeng gagi na
Haruga myeo dari dwego eonjen ganeun
Nae mamedo oneul gateun saebomi oltende
Aju meolli, aju meolli meon gose ineyo geudaeye maeireun bom narira mideo
Aju meon nal, aju meon heunal geudae nareul mannamyeon neul hamkke yeotago yaegi haejwo"
Aku melanjutkan lagu 'one fine spring day' sampai selesai.
Prok prok prok
Kudengar suara tepukan penonton. Dari bangku penonton aku tidak menemukan sosok Yesung oppa, umma, appa maupun Kibum. Aku berlari menuju backstage. Air mataku tumpah, perasaanku menyeruak sakit tanpa aku ketahui alasannya.
Lama! aku dan Donghae oppa beserta Eunhyuk eonnie menunggu hasil pengumuman lomba akustik ini.
"Sekali lagi beri tepuk tangan yang meriah kepada Kim Ryeowook yang telah berhasil membuat dewan juri dan penonton menikmati permainannya hari ini,"
Aku terkejut dengan hasil pengumuman itu. Aku menang.
"Chukkae Wookie-ah, kau menang!" teriak HaeHyuk bersamaan. Aku segera naik ke atas panggung untuk mengambil pialaku.
"oppa, eonnie. Gomawo kalian telah menemaniku," kataku kemudian berjalan meninggalkan HaeHyuk yang hanya bisa memandang kepergianku.
.
o≠Ý≠o
.
"Umma? appa? Kibum-ah?, apa kalian tidak mau menyambutku? Aku menang!" teriakku memasuki rumah kami.
"…"
Tidak ada tanda-tanda kehidupan dirumah kami. Aku diam sejenak kemudian kembali melangkah ke tiap sudut rumah kami. Tapi nihil, tanpa hasil aku tidak menemukan apa-apa. Yang aku temukan hanya dapur yang sedikit kacau.
Drttt drrtttt
"Yeoboseyo?" tanyaku menekan tombol hijau di ponsel putihku.
"Chagiya? Kau dimana? Kibum memanggil namamu trus?"
"Appa? Appa dimana?" tanyaku sedikit panik.
"Chagiya, cepatlah datang ke rumah sakit Seoul ruang gardenia no.14.″ perintah appa kemudian mematikan telphonenya.
Tuuttttt tuuuttttt
Aku hanya diam sejenak, kupandangi seisi rumah kami?
Siapa? Kibum? Kenapa? Dia sehat kan tuhan? Aku mohon, dia dongsaengku satu-satunya. Aku mohon agar dia sehat. Aku sudah benar-benar akan melepas Yesung oppa kalau itu untuk Kibum. Tuhan, kenapa harus Kibum yang masuk rumah sakit? Dia sakit apa?'
Drtttt drrrtttt
Sekali lagi ponselku berbunyi.
"Wookie-ah, cepatlah datang!" kali ini Yesung oppa berteriak dari sebrang sana.
Dengan segera aku mengambil kunci mobilku dan melaju dengan kecepatan super agar aku segera sampai di rumah sakit Seoul.
"Mian… mian," sepanjang koridor rumah sakit aku selalu menabrak orang dan selalu meminta maaf.
'gardenia no.14′ aku masuk kekamar yang sama sekali aku benci, aku muak kalau masuk ke kamar seperti ini. Kutatap sosok Kibum yang terbaring lemah dan masih mengingaukan namaku. Umma yang dipeluk appa dan Yesung oppa yang mengegnggam erat tangan Kibum kini duduk disebelah Kibum dan ada beberapa uisanim yang mengecek keadaanya.
"Dia sudah tidak apa-apa, tapi dimana orang yang bernama Wookie itu?" tanya uisanim itu kepada umma dan appa.
"Aku," kataku tegas kemudian berjalan menuju Kibum.
"Eonnie, wokie eonnie" Kibum terus saja mengingaukan namaku.
"Chagiya, eonnie disini" kataku mengenggam erat tangan kanannya yang baru saja di lepaskan Yesung oppa. Aku duduk di tempat Yesung oppa tadi duduk dan mengelus lembut rambut Kibum.
"Chagiya, appa titip Kibum. Appa dan umma akan segera ke ruang uisanim Shindong" kata appa mengelus kepalaku lembut kemudian berjalan meniggalkan aku dan Yesung oppa.
"Bummie-ah, cepatlah bangun. Apa kau tidak tahu eonnie baru saja mendapatkan piala itu?" kataku yang kini telah mengeluarkan air mata. "kau tahu? Eonnie sudah berjuang. Kau mau melihatnya kan? Kalau kau sadar. Eonnie akan membiarkanmu memanggil eonnie dimanapun kau mau, eonnie akan memberikan piala itu untukmu, eonnie akan…" tangisku kembali pecah.
"Berhentilah menangis Wookie, Kibum pasti akan sedih melihatmu begini" kurasakan tangan hangat itu menepuk bahuku lembut.
"Eonnie? Benar kata Yesung oppa. Jangan menangis. Aku tidak suka melihat eonnie menangis," aku tersenyum senang saat kulihat sosok Kibum kini mengelus kepalaku.
Kutatap sosok putih pucat ini kini sedang berjuang melawan rasa sakit.
"Kibumm-ie, kau istirahatlah. Wookie-ah, sebaiknya kita keluar dan biarkan Kibum istirahat," perintah Yesung oppa menarik tanganku untuk keluar dari ruangan Kibum.
Ryeowook pov end
"Keadaannya semakin memburuk. Bagaimana kalau kita segera melakukan operasi itu?" tanya Shindong uisanim kepada Kangin.
"Tapi uisanim? apa tidak ada waktu lagi?"
"aku tidak bisa mengatakan kalau kita punya waktu, selambatnya tiga hari lagi. Selain itu tolong hindarkan dia dari keadaan stress karena tubuhnya akan mengeluarkan hormon cortisol yang bisa menyebabkan pembuluh darah menjadi kaku. Kami juga akan memberinya antioksidan yang cukup dan vitamin C. lalu kalau operasi ini telah selesai, tolong kurangi kadar garam. Atau bila perlu jangan biarkan dia makan sesuatu yang mengandung garam. Arra?" jelas shindong kepada Kangin dan Leeteuk
"Ne arraso uisanim," ucap Kangin kemudian berjalan membawa Leeteuk keluar dari ruangan uisanim shindong.
Diluar, Kangin melihat Ryeowook terduduk bersama Yesung.
"Appa? Umma? bagaimana keadaan Kibum?" tanya Ryeowook yang berlari menuju Kangin dan Leeteuk.
"Dia baik-baik saja. Tapi Kibum harus melakukan operasi tiga hari lagi. Kau jaga dongsaengmu ya chagi?" kata Kangin mengelus kepala Ryeowook lembut.
"Operasi?" Ryeowook menautkan alisnya bingung.
"Ne, dia hanya lelah saja. Kau jangan khawatir, setelah ini dia akan sehat kembali. Kibum kita akan kembali tersenyum manis seperti biasanya," kata Kangin menyemangati Leeteuk dan Ryeowook.
"umma? sebenarnya Kibum sakit apa?" sekali lagi Ryeowook bertanya namun seperti berbisik.
"dia akan baik-baik saja chagiya."
.
o≠Ý≠o
.
satu minggu setelah Kibum di operasi, operasinya berjalan lancar. Namun Kibum masih harus melewati kemotherapi di rumah sakit dengan berbagai alat bantuan. Leeteuk tinggal di rumah sakit untuk menjaga Kibum sedangkan Kangin tetap bekerja seperti biasanya. Dan Ryeowook? Setiap hari dia berkunjung untuk mengunjungi dongsaeng-nya walau dia tidak pernah menginap karena phobia bila lama-lama di rumah sakitnya.
"Bummie-ah? Kenapa kau lama sekali di rumah sakit ini? Apa kau tahu? Eonnie tidak bisa tidur kalau kau tidak ada?" manja Ryeowook pada Kibum yang kini duduk di tepi tempat tidurnya.
"Hehehe, sebentar lagi eonnie. Sebentar lagi aku akan keluar. Kalau kita keluar eonnie mau mengajakku ke kedai ice cream itu kan?"
"Ne, eonnie janji" kata Ryeowook menautkan jari kelingkingnya dijari kelingking Kibum.
.
o≠Ý≠o
.
"Yaa Kim Kibum, cepatlah bangun. Ini eonnie bawakan ice cream untukmu. Kata umma kau masih lama keluar makanya eonnie bawakan ice creamnya," teriak Ryeowook senang yang kini membawa sebuah ice cream vannila di tangan kanannya.
"Ini," Ryeowook memberikan es cream itu kepada Kibum.
Tanpa menolak Kibum langsung mengambil ice cream itu. Dia mengerti, Kalau dia menolak dan mengatakan kalau sebenarnya dia tidak boleh memakan makanan yang mengandung kadar garam Ryeowook pasti akan sedih. Melihat Kibum mengambil ice cream itu Ryeowook tersenyum senang.
"Makannya pelan-pelan saja. Lain kali eonnie akan belikan lagi untukmu," kata Ryeowook yang kini duduk di tepi tempat tidur Kibum.
"Yakk! Apa yang kau berikan kepada Kibum Wookie? Kau mau membuat penyakitnya kambuh?" teriak Yesung yang tiba-tiba masuk dan mengambil ice cream vannila dari tangan Kibum.
Sontak Ryeowook dan Kibum kaget melihat Yesung yang sangat marah.
"Oppa?" Ryeowook sedikit takut melihat raut muka Yesung yang begitu marah. Baru pertama kali dia melihat Yesung semarah ini.
"Kau tahu? ice cream ini mengandung cukup banyak garam. Dan garam bisa membuat penyakitnya kambuh. Kau ingin menyiksa Kibum?" teriak Yesung yang kini menatap Ryeowook tajam.
"Oppa, ini bukan salah eonnie, bela Kibum melindungi Ryeowook.
"Oppa? Aku tidak tahu.." kata Ryeowook yang sudah mulai terisak.
"Mian oppa, aku hiks… sungguh-sungguh tidak tahu itu" kata Ryeowook yang kini telah mengeluarkan air matanya.
"Haishhh, kau ini benar-benar 'menyebalkan'. Kau mau membuat dongsaeng-mu semakin kesakitan? Hanya karena ke-ppabo-an mu ini Ryeowook?" teriak Yesung lagi.
"Oppa? Berhentilah berteriak pada eonnie, Wookie eonnie tidak tahu apa-apa."
"Mian oppa… hiks… hiks.. Mian Kibum-ah," Ryeowook berlari keluar ruangan Kibum.
"Haishh oppa. Apa yang kau lakukan? Wookie eonnie jadi nangis kan?"
"Mwo? Kau mau bilang oppa yang salah?"
"Ne, oppa benar-benar salah. Apa oppa tahu? Wookie eonnie satu-satunya orang yang tidak mengetahui penyakitku!"
"Mwo?" Yesung terdiam menatap Kibum yang kini berusaha untuk turun dari tempat tidurnya namun seorang uisanim keburu datang dan melakukan pengecekan terhadap Kibum.
Apa-apaan namja itu, aku benar-benar kesal dibuatnya. Ya tuhan, kenapa kau buat aku menyukainya. Kenapa kau tidak buat aku menyukai namja lain selain dia. Namja yang jelas-jelas menyukai dongsaengku sendiri. Kenapa kau tidak membuat aku menyukai yunho oppa, atau kyuhyun mungkin. Kenapa harus Yesung oppa. Apa kau ingin membuat aku menangis? Aku sudah menangis karenanya.
Ryeowook pov
Haishhh setiap kali menutup mata aku selalu terbayang wajah Yesung oppa.
"Sepertinya kanker yang ada di otak Kibum bisa sedikit teratasi. Anak itu benar-benar berjuang keras untuk melawan penyakitnya"
Tunggu! Kibum? Kanker?
Aku terdiam sejenak di depan pintu ruang Shindong uisanim. Uisanim yang telah merawat Kibum dan juga telah mengoperasi Kibum itu kini berbicara dengan rekan kerjanya.
"Wookie? Kau saudara Kibum bukan?" aku diam menatap Shindong uisanim yang kini berdiri dihadapanku.
"Mian uisanim. Aku ingin Tanya, Apa Kibum yang uisanim maksud itu Kibum dongsaengku?"
"Heoh? tapi sekarang keadaannya sudah membaik. Kau bisa tenang sekarang," aku hanya diam memandang Shindong uisanim.
Apa ini? Kibum sakit parah dan aku eonnie-nya tidak tahu mengenai penyakit ini? Pantas saja Yesung oppa sangat marah saat aku memberikan ice cream itu untuk Kibum.
Aku berlari menuju kamar Kibum. Kutatap dia dalam. Seorang uisanim dan dua orang suster baru saja keluar dari kamarnya. Aku tahu itu, mereka baru saja mengecek keadaan Kibum. Kulihat Yesung oppa menatapku kaget.
"Wookie-ah?" dia memanggilku pelan.
"Kibum-ah, kenapa kau tidak bilang pada eonnie tentang penyakit ini?" kataku yang kini telah kembali terisak.
"Wookie-ah, berhentilah menangis. Kibum baru saja istirahat," Yesung oppa mencoba menarikku untuk duduk.
Sekarang aku duduk disebelah Yesung oppa. Dia sama sekali tidak peduli denganku. Aku lelah, kemana umma? dan appa? Kenapa appa belum juga datang? Lalu kau Kim Kibum. Kenapa kau belum juga bangun? Apa kau tahu? Sekarang aku cengo sendirian disini.
Ryeowook pov end
Plukk
Ryeowook menjatuhkan kepalanya ke bahu Yesung.
"Haishh anak ini, dia tertidur," rutuk Yesung yang merasakan berat di bahu kirinya.
"oppa.." Ryeowook mulai mengigau.
"Wookie-ah?" Yesung mencoba membangunkan Ryeowook namun Ryeowook tidak juga kunjung bangun.
Yesung melepaskan buku yang tadi dibacanya dan mencoba melepaskan mantel coklatnya pelan lalu menyelimutkannya ke tubuh mungil Wookie.
Degh
Segera saja namja tampan itu emalingkan wajahnya saat menatap wajah lelap Ryeowook.
"Oppa, aku dingin.." igau Ryeowook lagi.
"Tenanglah, oppa akan memelukmu," ucapnya pelan Yesung kemudian menyusupkan tangan kirinya di pundak Ryeowook dan menenggelamkan kepala mungil Ryeowook ke dada bidangnya.
"umma. Appa…" Kibum mulai mengigau.
Mendengar suara Kibum, Yesung melepaskan pelukannya dari Ryeowook dan menyandarkan yeojya imut itu ke dinding dan ia pun berjalan menuju Kibum.
"Kibum-ah, waeyo? Ummamu keluar sebentar mengambil barang-barangmu. Appa-mu sebentar lagi akan tiba," ucap Yesung mencoba menenangkan Kibum.
Keringat dingin mulai mengucur dari tubuh Kibum.
"Chagiya? Appa datang," teriak Kangin membuat Yesung kaget.
"Ahjushi?" kata Yesung kaget.
"Yesungie? Gomawo kau telah menjaga Kibum dan bisa ahjushi minta tolong padamu?" kata Kangin mendekati Yesung.
"Tolong kau bawa Ryeowook pulang," bisik Kangin setelah melihat Ryeowook tertidur di tempat duduk panjang ruangan Kibum "Dia pasti lelah. Ini kunci mobilnya," kata Kangin lagi kemudian memberikan kunci mobilnya kepada Yesung.
Yesungpun tidak bisa menolak. Dengan segera dia menggendong Ryeowook pelan menuju ke parkiran tempat mobil Kangin.
"Kau benar-benar ringan," gumam Yesung saat menggendong Ryeowook bridal style.
Tittt
Yesung mematikan alarm mobil Kangin dan dengan pelan dia membuka pintu mobil Kangin dan memasukkan Ryeowook.
.
o≠Ý≠o
.
Ryeowook pov
Sejak kapan aku ada dikamarku? Sejak kapan aku sudah tertidur disini? Bukankah aku dirumah sakit?
"Chagiya? Kau tidak sekolah?" teriak appa padaku "apa kau belum bangun?" teriak appa lagi.
"Ne appa, aku sudah bangun" balasku kepada appa.
Kutatap piala akustikku 'Kibum belum melihatnya. Aku mau memberikannya untuknya saja' batinku menggapai piala yang bertengger di atas meja belajarku yang ada di sebelah tempat tidurku.
"heh? Mantel siapa ini?" bisikku saat mendapati sebuah mantel bertengger di atas tubuhku.
Dengan segera aku mengambilnya dan menggantungnya
Ekor mataku menatap kalender di layar ponselku.
"appa, hari inikan minggu!" teriakku kesal kepada appa yang kini duduk santai di meja makan.
"Kau sih, ini sudah jam berapa? Tumben sekali kau belum bangun," tawa appa pecah melihatku yang kesal.
Aku duduk disebelah appa dan menyantap buburku yang aku yakin appa membelinya. Karena appa itu tidak bisa masak kecuali ramen.
"Appa, kenapa appa tidak bilang kalau Kibum sakit kanker?" kataku tetap mengaduk buburku tanpa berniat memakannya dan kurasakan ekspresi appa sedikit berubah.
"Wookie? Apa yang kau katakan? Kibum baik-baik saja," elak appa padaku.
"Aku sudah tahu appa, aku sudah dengar dari Shindong uisanim sendiri," kataku yang kini menatap appa mencoba menyebunyikan raut kecewaku.
"Mian chagiya, Kibum tidak ingin kau mengetahui penyakitnya. Dia meminta appa dan umma agar tidak menceritakannya kepadamu. Jadi appa minta kau jangan menyalahkannya chagiya," jelas appa kepadaku.
Aku mengerti, pasti sulit bagi Kibum mengatakan penyakitnya.
"Ne appa, aku akan bersikap biasa."
"Kau benar-benar sudah dewasa chagi," appa mengelus pelan rambutku kemudian berjalan meninggalkanku.
"Hari ini kita ketempat Kibum ya?" ajak appa padaku.
.
o≠Ý≠o
.
"KiBummie?" panggilku saat melihat sosok yeojya manis yang kini sedang tertawa lepas bersama seorang namja yang err sangat tampan.
"Akhh eonnie? oh iya, Kenalkan ini temanku. Namanya Siwon oppa," jelas Kibum memperkenalkan Siwon kepadaku
"Annyeong Choi Siwon imnida," sapa Siwon kepadaku.
"Oh ne, Kim Ryeowook imnida kau bisa memanggilku Wookie,"
"Akhh Wookie-ah, kau punya boneka winnie the pooh itu? Apa aku boleh memilikinya?" kata Siwon menunjuk boneka winnie the pooh yang kupegang.
"A-aniyo, ini boneka kesayanganku," kataku menarik boneka winnie the pooh ku kebelakang tubuhku yang mungil.
"eonnie? Siwonie oppa kan hanya ingin meminjam?"
"Ani Kibum-ah, dia bilang dia ingin memilikinya-kan?" teriakku kemudian keluar kamar Kibum.
"Keadaan Kibum mulai membaik. Tapi kita harus tetap melakukan operasi itu. Sepertinya dia mengalami sedikit masalah tuan," aku diam mematung mendengar perkataan appa dan Shindong uisanim.
"Kanker-nya mulai bermasalah, Dia akan lebih sering mengalami rasa sakit. Kita tidak boleh membuatnya berfikir lebih banyak dan kita juga harus memperhatikannya tuan," aku berjalan pelan menuju appa dan Shindong uisanim.
"Appa? Kibum akan selamat kan?" tanyaku lirih pada appa.
Appa dan Shindong uisanim menatapku kaget "chagiya? kenapa kau ada disini? Bukankah kau ada di kamar Kibum?" tanya appa padaku.
"Ani, aku keluar. Dia bersama dengan Siwon oppa, appa," jelasku kepada appa.
"Oh dia bersama Siwon ya?"
"Siwon?" tanya appa bingun padaku dan Shindong uisanim.
"Siwon itu mahasiswa magang disini. Dia seorang calon uisanim dari Kanada," jelas Shindong uisanim pada kami.
"Aku benci padanya!" rutukku kesal
"Waeyo chagiya?" tanya appa bingung padaku.
"Yahh, dia memang sering bersikap seperti anak kecil. Tapi dia anak yang baik kok Wookie," jelas Shindong uisanim padaku.
.
o≠Ý≠o
.
"Umma?" teriakku melihat umma berdiri di depan pintu rumah kami.
"Chagiya? Kau disini? Umma menghubungimu sejak tadi. Kibum membutuhkanmu"
"Umma, bagaimana operasi Kibum?" tanyaku kepada umma.
"Ne, dia baik saja chagiya. Kau mau menemuinya?"
"Ne umma," aku segera berlari ke kamar mengambil boneka winnie the pooh ku.
"Kenapa kau membawa boneka itu?" tanya umma heran padaku.
"Aku janji pada Kibum akan memberikannya kalau dia berhasil melewati operasinya dengan baik," jelasku kepada umma.
.
o≠Ý≠o
.
"Kyaaaaa, kau manis sekali. Eonnie kangen Bummie-ah," aku berlari memeluk Kibum yang kini duduk sambil tersenyum manis ke arahku.
"Jangan memeluknya kuat Wookie, kau bisa membuatnya sesak nafas."
"Ukhh, oppa jangan iri karena tidak dipeluk Kibum," kataku tidak mempedulikan kata-kata Yesung oppa yang datang bersama aku dan umma. Aku memberikan boneka 'winnie the pooh' ku kepada Kibum.
"Heh? Eonnie memeberikannya untukku?" kata Kibum mengambil boneka winnie the pooh-ku.
"Ne kau sudah melewati operasi itu. Eonnie sudah menepati janji bukan?"
"Ne, gomawo eonnie."
"Kyaaaa kau benar-benar manis Kibum-ah," aku kembali memeluk Kibum erat.
Ryeowook pov end
.
o≠Ý≠o
.
Ryeowok berjalan menuju rumah sakit tempat Kibum. Dari kejauhan dia melihat Kibum bersama Siwon sedang duduk di lobby rumah sakit.
"Kembalikan boneka winnie the pooh-ku!" teriak Ryeowook menarik boneka winnie the pooh berukuran setengah meter dari tangan Siwon.
"Eonnie? Tapi itukan milikku?"
"Aku memberikannya kepadamu Kibum-ah, tapi kenapa kau memberikannya kepada namja yang baru kau kenal ini?"
"Tapi eonnie, Siwon oppa lebih menginginkannya dari aku," kata Kibum mengambil boneka winnie the pooh dari tangan Ryeowook dan memberikannya kepada Siwon.
"Aniyo" Ryeowook mengambil boneka winnie the pooh-nya dan mendorong Siwon hinggah jatuh.
"Wookie-ah, apa yang kau lakukan?" tanya Yesung melihat Ryeowook mengambil boneka winnie the pooh dari tangan Siwon.
"Eonnie? Kenapa kau mengambilnya lagi?" tanya Kibum pada Ryeowook.
"Yakk! Kim Kibum. Aku memberikannya padamu. Tapi kau berikan pada namja yang baru saja kau temui?" teriak Ryeowook membuat Kibum kaget. Ini pertama kalinya Ryeowook berteriak padanya.
"Eonnie?" Kibum menundukkan kepalanya.
"Apa yang telah kau lakukan Kim Ryeowook?" sekarang Yesung membentak Ryeowook dan menarik Kibum serta Siwon menjauhi Ryeowook "kalau kau tidak suka, kami yang akan pergi," sambung Yesung.
"Kenapa kalian selalu meninggalkan aku?" teriak Ryeowook kemudian berlari menuju pintu keluar rumah sakit.
"Eonnie?" Kibum berbalik mencoba melepaskan genggaman Yesung karena ingin menjelaskan pada Ryeowook. Yeojya cantik itu berteriak memanggil Ryeowook dan berlari mengejarnya.
"Eonnie. Awasss!" teriak Kibum saat ada mobil yang melaju ke arah Ryeowook.
"KIBUUUMMM" Yesung dan Siwon berlari menuju Kibum.
Ckitttt
.
.
Brakk
.
.

 chapter 2

Fanfiction chapter 1

Tittle: Little Dongsaeng
Chapter : 01/03
Cast: YeWook or YeBum?
Main cast: Kangteuk


"Karena aku adalah eonnie-nya, walau umur kami hanya beda beberapa detik. Tapi aku tetaplah eonnie-nya" ucap seorang yeojya bangga.
"Aku tahu itu Wookie. Kau menyayangi dongsaeng-mu kan?"
"Ne oppa, dia dongsaeng yang baik," ucap yeojya itu mengahadap ke namja yang lebih tua darinya.
"Ne, oppa tahu itu," jawab namja itu mengusap rambut yeojya itu lembut.
Star story
"Bummie-ah, kau melupakan bekalmu," teriak Ryeowook kepada Kibum, adiknya.
"Hehe, mian eonnie."
"Haishhh kau ini, kan sudah kukatakan jangan panggil aku eonnie" kata Ryeowook memberikan bekal berwarna hijau kepada Kibum.
"Habis kalau aku tidak panggil eonnie, pasti mereka akan menyangka aku adalah eonnie-nya. Haha," tawa Kibum pecah karena meledek Ryeowook yang notaben lebih pendek darinya.
"Ne arraso, aku ke kelas dulu," teriak Ryeowook berlari meninggalkan Kibum.
Ryeowook pov
Tahun ajaran baru, sekarang aku duduk di kelas X3 SM high school. Dan Kibum di kelas X1. Dia kembaranku, marga kami 'Kim' appa kami bernama Kim Youngwoon tapi teman-temannya memanggil Kangin dan umma kami bernama Park Jungsu, lebih di kenal sebagai Leeteuk. Aku sendiri Kim Ryeowook…
"Wookie, bagaimana kelas barumu?" yah aku sendiri lebih dikenal sebagai Wookie.
"Aku belum tahu, aku baru mau menuju kelasku oppa," jawabku memandang namja yang kini telah berjalan disebelahku "oppa sendiri?" tanyaku kepada Yesung oppa.
"Sama, oppa juga baru mau kekelas baru oppa," Yesung oppa kemudian berjalan meninggalkan aku setelah mengusap rambutku pelan.
Yah, Yesung oppa atau lebih lengkap Kim Jongwoon, walau sama-sama bermarga Kim tapi dia bukan saudara kandungku. Kami berteman sejak kecil. Dan aku menyukainya. Sayangnya dia 'tidak'!
.
Ý
.
"Geu nal cheoreom ttatteuthan baram bulgo geudaega sarang hadeon hwabunen kkochi pigo, Eoneu saenga bom nari deuriwodo ajikdo nan gipeun gyeo uljameul jago shipeo"
Prok prok prok
Aku terkejut dan menghentikan nyanyianku, yah 'one fine spring day' lagu kesukaanku. Kutatap seorang namja berjalan menuju ke arahku dengan membawa sebuah gitar.
"Nuguya?" tanyaku kepadanya.
"Oh mian mengganggumu nona, aku Donghae. Lee Donghae dari kelas XI2, ketua klub musik. Apa kau bersedia bergabung dengan klub kami?" tawarnya kepadaku.
Aku berfikir sebentar kemudian menyetujuinya. Alih-alih aku ingin mengajak Kibum juga.
.
Ý
.
"Bummie-ah, kau mau masuk klub musik ya? Masuk ya? Aku sudah mendaftarkanmu," kataku semanja-manjanya kepada Kibum yang notabennya adalah dongsaengku.
"Aniyo, aku-kan tidak bisa bermain music."
"Ani, bukan bermain musik. Cukup bernyanyi dan lagi suaramu kan bagus."
"Senyumku. It's ok?" ralatnya lagi. Yah, aku akui. Senyum Kibum itu sangat manis, kalau dia tersenyum maka kau akan merasa damai.
Berlebihan? Tapi begitulah yang aku rasakan.
Aku mengerucutkan bibirku dan menggembungkan pipiku serta melipat tanganku di dada pertanda aku kesal.
"Waeyo? Kenapa kau kesal Wookie?" kali ini Yesung oppa menghampiri kami dan menghentikan jalanku karena dia berhenti di hadapanku.
"Aniyo, kalau begitu aku sendiri yang akan masuk klub itu," kataku kesal kemudian berjalan meninggalkan Yesung oppa dan Kibum.
Ryeowook pov end
"Wookie-ah, bisakah kau antarkan kue ini ke rumah Hankyung ahjushi?" perintah Leeteuk kepada Ryeowook.
"Ne umma" Ryeowook mengambil kotak berisi cookies dari tangan Leeteuk kemudian berjalan menuju rumah Yesung yang berada tepat di sebelah rumahnya.
.
Ý
.
"Annyeong ahjumma" sapa Ryeowook kepada Heechul yang kini sedang memotong rumput di halaman rumahnya.
"Wookie-ah? Ah annyeong Wookie. Waeyo?" tanya Heechul menghentikan aktifitasnya dan menarik Ryeowook untuk duduk di beranda rumahnya.
"Tidak perlu ahjumma, aku hanya ingin mengantarkan ini. Ini dari umma," Ryeowook memberikan kotak berisi kue kering kepada Heechul.
"Wookie?" panggil Yesung yang baru saja keluar dari rumahnya.
"annyeong oppa. Ahjumma aku pulang," ucap Ryeowook kemudian berjalan meninggalkan beranda rumah Yesung.
.
Ý
.
Kibum pov
Akhh kepalaku terasa sakit. Aku meremas rambut hitamku berusaha menghilangkan rasa sakit ini.
"Chagiya? Waeyo? Kau kenapa chagi?" tanya umma melihatku yang menarik rambutku dan menggigit bibir bawahku menahan sakit.
"Ani umma, hanya saja kepalaku sakit," kataku masih menahan rasa sakit.
"Waeyo?" umma terlihat panik kemudian umma memanggil appa yang berada di lantai dua.
Appa segera turun setelah mendengar teriakan umma.
"Umma, kepala Kibum sakit," ringisku masih memegang bagian belakang kepalaku.
Umma balas memelukku. Melihat aku yang kesakitan. Appa segera menggendongku dan membawaku ke rumah sakit.
Aku menjalani sedikit pemerikasaan, uisanim Shindong-pun memerintahkan aku untuk menunggu ruang tunggu rumah sakit sementara dia berbicara dengan umma dan appa.
Karena sedikit bosan aku berjalan mendekati pintu ruangan uisanim Shindong.
"Mianhae tuan Kim, kita harus segera melakukan operasi, kanker di otak putri anda akan semakin membesar kalau kita tidak melakukan tindakan sesegera mungkin," aku diam mematung mendengarnya.
Aku? Kanker? Di otak? Berarti itu kanker otak? Bagaimana dengan Wookie-eonnie? Kalau aku tidak ada dia pasti kesepian.
Aku segera menempelkan telingaku kembali ke arah pintu dan mencoba mendengar percakapan mereka.
"Tidak mungkin uisanim, bagaimana mungkin Kibum mengalami kanker otak. Itu tidak mungkin," aku mendengar umma berteriak tidak percaya.
"Tenanglah chagiya. Kami akan membicarakannya dulu uisanim. Kalau Kibum sudah siap, kami akan melakukannya sesegera mungkin" kata appa bijak.
"Aku siap appa, tapi jangan katakan pada Wookie-eonnie" kataku yang kini telah memasuki ruangan Shindong uisanim. Kulihat umma dan appa beserta Shindong uisanim menatapku tidak percaya.
"Chagiya? Kenapa kau ada disini?" umma melepaskan pelukan appa dan berlari ke arahku.
"Umma, aku sudah besar. Aku akan melakukan operasi itu. Walau harus di kemotherapi juga aku akan melakukannya. Tapi aku minta agar umma tidak memberitahu Wookie-eonnie."
"Ne, umma janji" kata umma pasti.
Kibum pov end
.
Ý
.
Ryeowook pov
"Umma? appa? Bummie?" aku berteriak mencari peghuni rumahku.
'padahal aku hanya keluar sebentar ke rumah Yesung oppa lalu ke supermarket sebentar, kenapa semua sudah menghilang?' rutukku kesal karena tidak ada orang di rumah kami.
Aku berjalan menyalakan TV dan menonton acara favourite ku. 'Winnie the pooh.'
Lama! dan sudah satu jam aku sendirian di rumah.
Cklek
Aku menatap ke pintu ruang tamu kami yang bersebelahan dengan ruang TV.
"Umma? appa?" aku berlari memeluk umma.
"Umma? waeyo?" tanyaku karena umma tidak membalas pelukanku.
"Umma-mu lelah Wookie, sebaiknya kalian mandi sana," perintah appa padaku.
Kutatap umma sebentar tapi Kibum sudah menarik pergelangan tanganku menuju kamar kami yang ada di lantai dua.
"Bummie-ah, umma kenapa?" tanyaku penasaran.
"Ani, umma mungkin hanya lelah eonnie."
"Haishhh, jangan panggil aku eonnie" kataku menyela dan Kibum tersenyum manis melihatku menegrucutkan bibir.
.
Ý
.
Kibum pov
Sudah dua bulan aku melakukan pemeriksaan dan pengobatan kanker otakku tanpa sepengetahuan Ryeowook-eonnie.
Eonnie yang sangat kusayangi, untukku dia seperti benda berharga bahkan lebih berharga. Aku tidak akan membiarkannya menjatuhkan air mata. Karena air mata Ryeowook eonnie sangat berharga.
"Kibum-ah, kau melupakan bekalmu lagi!" teriak Ryeowook-eonnie berlari menuju kelasku.
"eonnie? Mian aku tadi pergi duluan," kataku tersenyum. Aku tahu, Ryeowook eonnie sangat menyukai senyumanku. Makanya aku selalu tersenyum untuknya.
"Huwaaaa, kau manis sekali!" dia memelukku tidak peduli dimana kami berada.
"Ehhhmmm, berhentilah memeluknya Wookie. Kau membuat Kibum sesak," Wookie-eonnie melepaskan pelukannya dan menatap namja yang kini berdiri di hadapan kami.
"Yakk! Oppa! kau merusak suasana hatiku saja," teriaknya kemudian berjalan meninggalkan aku dan Yesung oppa.
"Kibum-ah, waeyo? Kau terlihat sangat pucat hari ini?"tanya Yesung oppa membuyarkan lamunanku.
"Ani, aku sedikit lelah" kataku kemudian berjalan masuk ke kelas.
.
Ý
.
"Kibum-ah, kalau kau sakit sebaiknya oppa antar kau pulang saja," tawar Yesung oppa saat jam olahraga kami. Yah, kelasku dan kelas Yesung oppa hari ini belajar bersama di lapangan basket sekolah.
"Ani oppa, aku tidak apa-apa," kataku memegang kepalaku.
Brakkk
"Kibuuum!" sebelum pingsan aku masih sempat medengar Yesung oppa berteriak.
.
Ý
.
"Yakk! Kim Ryeowook, kau kemana saja? Dongsaeng-mu pingsan sejak tadi. Kau baru tiba sekarang," samar-samar aku mendengar Yesung oppa berteriak.
Siapa? Wookie eonnie? Waeyo?
"Mian oppa… hosh… hosh mian oppa. a-aku dari lab IPA," kata Wookie eonnie meminta maaf dan masih berusaha mengatur nafasnya.
"Bummie-ah, kau tidak apa kan?" sekarang Wookie eonnie mengelus kepalaku. Kurasakan tangannya bergetar.
"Mian eonnie telat Bummie," katanya masih mengelus kepalaku lembut.
"eonnie? Mian. Oppa? Jangan marahi Wookie eonnie," kataku mencoba untuk duduk "Awwww" aku merasakan sakit di kepalaku. Aku tahu itu, kanker di kepalaku pasti sedang mencoba menyakitiku.
"Bummie-ah? Waeyo? Kepalamu sakit?" tanya Wookie eonnie panik.
Pandanganku kabur, aku merasa sakit. Kepalaku benar-benar sakit.
Kibum pov end
Yesung pov
Kibum kembali pingsan, kutatap yeojya manis ini sedang mencoba menahan rasa sakit. Keringat dingin keluar dari tubuhnya. Kami memutuskan membawanya ke rumah sakit.
"Wookie-ah, kau cepat hubungi umma dan appa-mu!" perintahku kepada Ryeowook.
Kibum menjalani pemeriksaan. Kulihat seorang uisanim keluar dari ruangan Kibum.
"Uisanim? Waeyo? Apa yang terjadi?" tanyaku mendekati uisanim itu.
"Apa kau saudaranya?"
"Ne," aku berbohong kepada uisanim itu.
"Dia tidak apa, hanya saja kanker di otaknya mulai bereaksi kembali. Mungkin dia terlalu lelah hingga kanker itu kembali menyakitinya" aku terdiam mendengarnya.
Kanker? Di kepala? Itu berarti kanker otak-kan? Dia lelah? Mungkin karena pelajaran olahraga hingga dia mengalami kelelahan seperti ini.
"Oppa? Umma dan appa sebentar lagi akan datang," teriak Ryeowook padaku.
"Wookie-ah? Kau tahu Kibum sakit? Kenapa kau tetap membiarkannya mengikuti pelajaran olahraga?" teriakku kepada Ryeowook setelah uisanim yang memeriksa Kibum meninggalkan kami.
"Oppa? Maksudmu apa?" tanya Ryeowook mendekatiku.
"Kau tidak tahu kalau Kibum sakit ka…."
"Wookie? Yesung? Kibum dimana?" belum sempat aku menyelesaikan kata-kataku Kim ahjushi memanggil kami dari ujung lorong.
Aku menatap Ryeowook yang sedikit kaget dan berjalan menuju Kim ahjushi.
"Ahjushi, Kibum ada di ruang ini," kataku menarik tangan Kim ahjushi ke ruangan Kibum yang tidak jauh darinya.
Yesung pov end
'Kibum sakit apa?' batin Ryeowook menatap kepergian Yesung dan appa-nya menuju kamar Kibum.
Kangin kemudian mencium kepala putrinya lembut begitu juga dengan Leeteuk.
"Yesung-ah, sebenarnya apa yang terjadi?" tanya Leeteuk kepada Yesung yang hanya memandangi Kibum yang terbaring lemah di atas tempat tidur rumah sakit.
"Uisanim bilang dia hanya kelelahan ahjumma,"jawab Yesung kemudian kembali menatap Ryeowook.
"Oppa? Kenapa kau menatapku seperti itu?" tanya Ryeowook yang sedikit kesal karena sejak tadi Yesung selalu memandanginya seolah dialah yang salah atas kejadian pingsannya Kibum.
"Umma? eonnie?" semua mata kini menatap Kibum yang mengingau memanggil Leeteuk dan Ryeowook.
"Chagiya? Kau sadar?" panggil Leeteuk kemudian menggenggam erat tangan Kibum.
"Bummie-ah? Kau sudah sadar?" sekarang Ryeowook berdiri di dekat Kibum melewati Yesung.
.
Ý
.
Ryeowook pov
'Yesung oppa hari ini benar-benar menyebalkan. Kenapa dia menatapku seperti itu? Apa salahku? hahhhh hanya aku yang bodoh, mencintai Yesung oppa. Hanya aku sendiri yang merasakannya. Sedangkan Yesung oppa sendiri? Aku tahu, dia pasti menyukai Kibum. Tidak pernah sekalipun dia membentak Kibum. Sedangkan kepadaku? Setiap saat. Setiap aku melakukan sedikit kesalahan dia akan selalu marah kepdaku. Hari ini Kibum pingsan aku tidak tahu kalau dia sakit. Mungkin karena dia selalu tersenyum manis kepadaku. Sungguh aku tidak tahu dia sakit apa. Saat aku tanya pada umma ataupun appa. Mereka bilang Kibum hanya lelah. Tuhan, aku mohon agar Kibum sehat seperti biasanya. Karena aku sangat menyayangi dongsaeng-ku itu.'
Aku menutup buku diaryku dan meletakkannya di atas meja belajarku.
"Eonnie? Apa aku boleh pinjam catatan fisikamu?" tanya Kibum yang kini masuk kekamarku.
"Kau sudah baikan Bummie?" tanyaku yang kini mencari buku catatan yang dia minta.
"Ne, aku selalu baik." dia tersenyum memamerkan deretan gigi putihnya kepadaku.
"Kyaaaa, kau manis sekali," aku memeluknya erat.
"Wookie-ah, Bummie-ah, cepat turun. Kita makan malam," teriak umma memangil kami.
"Ne umma" teriak kami serempak.
.
Y
.
"Umma, lihatlah. Aku mendapat nilai tertinggi di kelas" teriak Kibum saat kami pulang sekolah.
"wah benarkah? Chukkae chagiya" kata umma kemudian memeluk Kibum.
"Bagaimana denganmu Wookie?" kini umma bertanya padaku.
"Wookie eonnie mendapat nilai terbaik di angkatan kami umma," kata Kibum menyela sebelum aku berkata.
"Anak pintar" kata umma hanya mengelus kepalaku lembut.
Umma? aku hanya diam memandang umma. umma tidak memelukku seperti Kibum? Aku hanya duduk diam disebelah umma yang masih memeluk Kibum erat.
"Aku ke kamar," kataku dingin kemudian berjalan menuju kamarku.
"Wookie-ah, jangan lupa makan siang," teriak umma padaku.
Aku tidak mempedulikan umma dan kembali berjalan menuju kamarku.
Kulirik brosur yang diberikan Donghae oppa padaku saat jam istirahat di sekolah tadi.
'Apa aku harus mengikutinya?' batinku menatap kertas brosur berwarna putih dengan sedikit garis-garis hijau di tengahnya.
'Akhh, aku rasa aku harus mengikutinya!' batinku kemudian mengisi formulir yang ada di belakang brosur itu.
.
Ý
.
"oppa? Tiga hari lagi datanglah ke sini" kataku memberikan alamat tempat lombaku.
"Lomba akustik?" tanya Yesung oppa setelah membaca alamat yang kuberikan.
"Ne, oppa datanglah. Bukankah oppa bilang ingin melihat permaianan pianoku?" Kataku sedikit kecewa dengan ekspresi Yesung oppa.
"Ne, kalau oppa sempat ne?" katanya mengelus rambutku kemudian berjalan meninggalkan aku.
.
Ý
.
"Wookie-ah? Bagaimana persiapanmu?"
"Oppa? Aku selalu berlatih. Aku ingin mempersembahkan piala ini untuk umma, appa dan Yesung oppa lalu dongsaeng-ku," kataku kemudian kembali memainkan piano yang ada di klub musik.
"Kalau begitu hwaiting, tapi mian ya? Oppa tidak bisa menemanimu. Oppa ada janji dengan Hyukkie," katanya memelas dan mengeluarkan puppy eyes-nya.
"Ne arraso oppa" kataku mengambil coklat yang di berikannya sebagai imbalan karena meninggalkan aku latihan sendiri.
Yah kenapa sendiri? Karena di klub musik ini hanya ada aku dan Donghae oppa. Jadi kalau Donghae oppa pergi maka hanya akan ada aku sendiri.
Sebenarnya Yesung oppa sudah pernah melarang aku untuk masuk ke klub musik. Namun karena teranjur menerima tawaran Donghae oppa aku jadi tidak memepedulikan larangannya itu. Ternyata yang Yesung oppa maksud itu begini.
Ryeowook pov end
"Haruga myeo dari dwego eonjen ganeun
Nae mamedo oneul gateun saebomi oltende
Aju meolli, aju meolli meon gose ineyo geudaeye maeireun bom narira mideo
Aju meon nal, aju meon heunal geudae nareul mannamyeon neul hamkke yeotago yaegi haejwo"
Aku mulai memainkan tuts tuts pianoku, Kibum bilang suaraku indah, seperti suara ikan lumba-lumba. Yesung oppa bilang aku mampu menyanyikan nada-nada tinggi dengan sempurna. Aku bilang, suaraku adalah hartaku setelah Kibum. Dongasaeng yang sangat kusayangi, aku akan rela kalau Yesung oppa menyukai Kibum. Walau pada akhirnya hatiku akan sakit karena melihatnya tapi aku akan senang kalau Kibum mendapatkan kebahagiaan. Karena aku menyukai senyumannya.
"Eonnie? Ayo pulang?" suara Kibum membuat aku berhenti memainkan pianoku dan menatapnya.
"Kemarilah, mau kau mendengar permainan eonnie," kataku manja kepadanya. Yah aku ini memang manja. Kalau ada orang yang melihat kami, mereka akan bilang kalau aku ini adalah dongsaenya Kibum karena Kibum itu sangat dewasa.
"Ne, setelah itu kita pulang ya?" katanya berjalan menuju arahku dan duduk disebelahku.
.
Ý
.
Sepanjang perjalanan pulang aku selalu memperhatikan Kibum. Rasanya ada yang aneh dengan raut mukanya.
"Bummie-ah, kau sakit?" tanyaku berhenti kemudian menatapnya dengan jelas.
"Ah ani, aku hanya lelah. Tadi aku mengangkat barang berat" jawabnya 'jujur' padaku.
"Kalau begitu, biar eonnie hubungi appa agar appa menjemput kita di sini," kataku mengeluarkan ponsel putihku untuk menghubungi appa.
"Ani, aku hanya ingin jalan kaki sama eonnie," pintanya kemudian tersenyum. Haishhh aku benar-benar tidak tahan melihat senyumannya.
"Kyaaaa, kau manis sekali Kibum-ah. Eonnie menyayangimu," teriakku kemudian memeluknya.
"Hentikan kebiasaanmu itu Wookie, kau membuat Kibum sesak," suara baritone itu menghentikan aktifitasku. Kutatap namja berkepala besar itu kesal.
"Yakk! Yesung oppa, kau merusak moodku saja," kataku kesal kemudian menarik Kibum untuk berjalan meninggalkan Yesung oppa. Namun langkah namja itu terlalu besar untukku hingga dia mampu menyamai jalan kami.
Sepanjang perjalanan pulang, Kibum sangat senang mendengar celotehan Yesung oppa yang untukku dia benar-benar cerewet.
Sungguh. Aku senang saat melihat Kibum tertawa lepas begini. Tapi hatiku sakit kalau mengetahui kenyataan ini. Yesung oppa berjalan di antara aku dan Kibum, namun dia menggenggam erat tangan Kibum.
"Ayo lari," teriak Yesung oppa menarik tangan Kibum menyeberangi jalan yang lampunya maish merah dan sebentar lagi akan hijau.
Aku berhenti melihat Yesung oppa menarik tangan Kibum dan meninggalkan aku sendiri di perempatan jalan.
Tetttttt
Suara klekson mobil menyadarkan aku, kulihat Kibum melambaikan tangannya dari sebrang jalan.
"Wookie-ah, kami tinggal ya?" teriak Yesung oppa kemudian berjalan menarik Kibum.
Aku hanya bisa diam. Memangnya aku bisa apa? Aku tidak bisa apa-apa. Untukku kebahagiaan Kibum adalah yang terpenting.
.
o≠Ý≠o
.
Aku sampai di rumah, kulihat umma menyiapkan makan siang kami.
"Eonnie, mian meninggalkanmu. Yesung oppa menarikku," kata Kibum yang kini menghampiriku "Tapi kenapa eonnie lama sekali?" tanyanya kepadaku.
"Ini! eonnie mampir membeli jeruk ini. Kau suka kan?" kataku memberikan sebuah jeruk kepada Kibum.
Yah, Kibum itu sangat suka jeruk, aku suka membelikannya jeruk kalau sedang ada diskon.
"Ne, aku suka," teriaknya kemudian memelukku sekilas dan berlalu begitu saja.
.
Ý
.
'Hari ini aku berlatih sendiri di ruang klub musik. Donghae oppa ada kencan dengan Eunhyuk-eonnie. Tapi aku senang hari ini Kibum mendengarkan permainan pianoku _
Hari ini juga ada yang aneh dengan Kibum, dia terlihat pucat. Tapi saat kutanya dia bilang dia baik-baik saja. Tuhan, aku harap Kibum benar-benar baik-baik saja.
Hari ini perjalan pulang Yesung oppa meninggalkan aku sendiri. Aku berjalan sendiri dan diperjalanan aku membeli jeruk untuk Kibum. Dia terlihat senang dengan jeruk yang kubelikan _
hatiku memang sakit melihat Yesung oppa bersama Kibum, tapi aku senang kalau Kibum bisa tertawa. Aku suka melihatnya tersenyum. Dia sangat manis. Dia dongsaengku, dia saudaraku satu-satunya. Bagiku cinta bisa dicari, tapi dongsaengku itu tidak bisa dicari, dia anugerah tuhan yang diberikan untuk memberi kebahagiaan kepadaku lewat senyumannya. Dua hari lagi aku aka mengikuti lomba akustik itu. Tuhan, aku mohon agar Yesung oppa datang dan melihat performanceku nanti' aku menutup diaryku.
"Eonnie, ayo makan?" teriakan Kibum membuat aku dengan segera meletakkan diaryku ke tempatnya dan berjalan menuju dapur kami untuk makan malam.
Ryeowook pov end


chapter 1