Jumat, 20 Juli 2012

Fanfiction chapter 1

Tittle: Little Dongsaeng
Chapter : 01/03
Cast: YeWook or YeBum?
Main cast: Kangteuk


"Karena aku adalah eonnie-nya, walau umur kami hanya beda beberapa detik. Tapi aku tetaplah eonnie-nya" ucap seorang yeojya bangga.
"Aku tahu itu Wookie. Kau menyayangi dongsaeng-mu kan?"
"Ne oppa, dia dongsaeng yang baik," ucap yeojya itu mengahadap ke namja yang lebih tua darinya.
"Ne, oppa tahu itu," jawab namja itu mengusap rambut yeojya itu lembut.
Star story
"Bummie-ah, kau melupakan bekalmu," teriak Ryeowook kepada Kibum, adiknya.
"Hehe, mian eonnie."
"Haishhh kau ini, kan sudah kukatakan jangan panggil aku eonnie" kata Ryeowook memberikan bekal berwarna hijau kepada Kibum.
"Habis kalau aku tidak panggil eonnie, pasti mereka akan menyangka aku adalah eonnie-nya. Haha," tawa Kibum pecah karena meledek Ryeowook yang notaben lebih pendek darinya.
"Ne arraso, aku ke kelas dulu," teriak Ryeowook berlari meninggalkan Kibum.
Ryeowook pov
Tahun ajaran baru, sekarang aku duduk di kelas X3 SM high school. Dan Kibum di kelas X1. Dia kembaranku, marga kami 'Kim' appa kami bernama Kim Youngwoon tapi teman-temannya memanggil Kangin dan umma kami bernama Park Jungsu, lebih di kenal sebagai Leeteuk. Aku sendiri Kim Ryeowook…
"Wookie, bagaimana kelas barumu?" yah aku sendiri lebih dikenal sebagai Wookie.
"Aku belum tahu, aku baru mau menuju kelasku oppa," jawabku memandang namja yang kini telah berjalan disebelahku "oppa sendiri?" tanyaku kepada Yesung oppa.
"Sama, oppa juga baru mau kekelas baru oppa," Yesung oppa kemudian berjalan meninggalkan aku setelah mengusap rambutku pelan.
Yah, Yesung oppa atau lebih lengkap Kim Jongwoon, walau sama-sama bermarga Kim tapi dia bukan saudara kandungku. Kami berteman sejak kecil. Dan aku menyukainya. Sayangnya dia 'tidak'!
.
Ý
.
"Geu nal cheoreom ttatteuthan baram bulgo geudaega sarang hadeon hwabunen kkochi pigo, Eoneu saenga bom nari deuriwodo ajikdo nan gipeun gyeo uljameul jago shipeo"
Prok prok prok
Aku terkejut dan menghentikan nyanyianku, yah 'one fine spring day' lagu kesukaanku. Kutatap seorang namja berjalan menuju ke arahku dengan membawa sebuah gitar.
"Nuguya?" tanyaku kepadanya.
"Oh mian mengganggumu nona, aku Donghae. Lee Donghae dari kelas XI2, ketua klub musik. Apa kau bersedia bergabung dengan klub kami?" tawarnya kepadaku.
Aku berfikir sebentar kemudian menyetujuinya. Alih-alih aku ingin mengajak Kibum juga.
.
Ý
.
"Bummie-ah, kau mau masuk klub musik ya? Masuk ya? Aku sudah mendaftarkanmu," kataku semanja-manjanya kepada Kibum yang notabennya adalah dongsaengku.
"Aniyo, aku-kan tidak bisa bermain music."
"Ani, bukan bermain musik. Cukup bernyanyi dan lagi suaramu kan bagus."
"Senyumku. It's ok?" ralatnya lagi. Yah, aku akui. Senyum Kibum itu sangat manis, kalau dia tersenyum maka kau akan merasa damai.
Berlebihan? Tapi begitulah yang aku rasakan.
Aku mengerucutkan bibirku dan menggembungkan pipiku serta melipat tanganku di dada pertanda aku kesal.
"Waeyo? Kenapa kau kesal Wookie?" kali ini Yesung oppa menghampiri kami dan menghentikan jalanku karena dia berhenti di hadapanku.
"Aniyo, kalau begitu aku sendiri yang akan masuk klub itu," kataku kesal kemudian berjalan meninggalkan Yesung oppa dan Kibum.
Ryeowook pov end
"Wookie-ah, bisakah kau antarkan kue ini ke rumah Hankyung ahjushi?" perintah Leeteuk kepada Ryeowook.
"Ne umma" Ryeowook mengambil kotak berisi cookies dari tangan Leeteuk kemudian berjalan menuju rumah Yesung yang berada tepat di sebelah rumahnya.
.
Ý
.
"Annyeong ahjumma" sapa Ryeowook kepada Heechul yang kini sedang memotong rumput di halaman rumahnya.
"Wookie-ah? Ah annyeong Wookie. Waeyo?" tanya Heechul menghentikan aktifitasnya dan menarik Ryeowook untuk duduk di beranda rumahnya.
"Tidak perlu ahjumma, aku hanya ingin mengantarkan ini. Ini dari umma," Ryeowook memberikan kotak berisi kue kering kepada Heechul.
"Wookie?" panggil Yesung yang baru saja keluar dari rumahnya.
"annyeong oppa. Ahjumma aku pulang," ucap Ryeowook kemudian berjalan meninggalkan beranda rumah Yesung.
.
Ý
.
Kibum pov
Akhh kepalaku terasa sakit. Aku meremas rambut hitamku berusaha menghilangkan rasa sakit ini.
"Chagiya? Waeyo? Kau kenapa chagi?" tanya umma melihatku yang menarik rambutku dan menggigit bibir bawahku menahan sakit.
"Ani umma, hanya saja kepalaku sakit," kataku masih menahan rasa sakit.
"Waeyo?" umma terlihat panik kemudian umma memanggil appa yang berada di lantai dua.
Appa segera turun setelah mendengar teriakan umma.
"Umma, kepala Kibum sakit," ringisku masih memegang bagian belakang kepalaku.
Umma balas memelukku. Melihat aku yang kesakitan. Appa segera menggendongku dan membawaku ke rumah sakit.
Aku menjalani sedikit pemerikasaan, uisanim Shindong-pun memerintahkan aku untuk menunggu ruang tunggu rumah sakit sementara dia berbicara dengan umma dan appa.
Karena sedikit bosan aku berjalan mendekati pintu ruangan uisanim Shindong.
"Mianhae tuan Kim, kita harus segera melakukan operasi, kanker di otak putri anda akan semakin membesar kalau kita tidak melakukan tindakan sesegera mungkin," aku diam mematung mendengarnya.
Aku? Kanker? Di otak? Berarti itu kanker otak? Bagaimana dengan Wookie-eonnie? Kalau aku tidak ada dia pasti kesepian.
Aku segera menempelkan telingaku kembali ke arah pintu dan mencoba mendengar percakapan mereka.
"Tidak mungkin uisanim, bagaimana mungkin Kibum mengalami kanker otak. Itu tidak mungkin," aku mendengar umma berteriak tidak percaya.
"Tenanglah chagiya. Kami akan membicarakannya dulu uisanim. Kalau Kibum sudah siap, kami akan melakukannya sesegera mungkin" kata appa bijak.
"Aku siap appa, tapi jangan katakan pada Wookie-eonnie" kataku yang kini telah memasuki ruangan Shindong uisanim. Kulihat umma dan appa beserta Shindong uisanim menatapku tidak percaya.
"Chagiya? Kenapa kau ada disini?" umma melepaskan pelukan appa dan berlari ke arahku.
"Umma, aku sudah besar. Aku akan melakukan operasi itu. Walau harus di kemotherapi juga aku akan melakukannya. Tapi aku minta agar umma tidak memberitahu Wookie-eonnie."
"Ne, umma janji" kata umma pasti.
Kibum pov end
.
Ý
.
Ryeowook pov
"Umma? appa? Bummie?" aku berteriak mencari peghuni rumahku.
'padahal aku hanya keluar sebentar ke rumah Yesung oppa lalu ke supermarket sebentar, kenapa semua sudah menghilang?' rutukku kesal karena tidak ada orang di rumah kami.
Aku berjalan menyalakan TV dan menonton acara favourite ku. 'Winnie the pooh.'
Lama! dan sudah satu jam aku sendirian di rumah.
Cklek
Aku menatap ke pintu ruang tamu kami yang bersebelahan dengan ruang TV.
"Umma? appa?" aku berlari memeluk umma.
"Umma? waeyo?" tanyaku karena umma tidak membalas pelukanku.
"Umma-mu lelah Wookie, sebaiknya kalian mandi sana," perintah appa padaku.
Kutatap umma sebentar tapi Kibum sudah menarik pergelangan tanganku menuju kamar kami yang ada di lantai dua.
"Bummie-ah, umma kenapa?" tanyaku penasaran.
"Ani, umma mungkin hanya lelah eonnie."
"Haishhh, jangan panggil aku eonnie" kataku menyela dan Kibum tersenyum manis melihatku menegrucutkan bibir.
.
Ý
.
Kibum pov
Sudah dua bulan aku melakukan pemeriksaan dan pengobatan kanker otakku tanpa sepengetahuan Ryeowook-eonnie.
Eonnie yang sangat kusayangi, untukku dia seperti benda berharga bahkan lebih berharga. Aku tidak akan membiarkannya menjatuhkan air mata. Karena air mata Ryeowook eonnie sangat berharga.
"Kibum-ah, kau melupakan bekalmu lagi!" teriak Ryeowook-eonnie berlari menuju kelasku.
"eonnie? Mian aku tadi pergi duluan," kataku tersenyum. Aku tahu, Ryeowook eonnie sangat menyukai senyumanku. Makanya aku selalu tersenyum untuknya.
"Huwaaaa, kau manis sekali!" dia memelukku tidak peduli dimana kami berada.
"Ehhhmmm, berhentilah memeluknya Wookie. Kau membuat Kibum sesak," Wookie-eonnie melepaskan pelukannya dan menatap namja yang kini berdiri di hadapan kami.
"Yakk! Oppa! kau merusak suasana hatiku saja," teriaknya kemudian berjalan meninggalkan aku dan Yesung oppa.
"Kibum-ah, waeyo? Kau terlihat sangat pucat hari ini?"tanya Yesung oppa membuyarkan lamunanku.
"Ani, aku sedikit lelah" kataku kemudian berjalan masuk ke kelas.
.
Ý
.
"Kibum-ah, kalau kau sakit sebaiknya oppa antar kau pulang saja," tawar Yesung oppa saat jam olahraga kami. Yah, kelasku dan kelas Yesung oppa hari ini belajar bersama di lapangan basket sekolah.
"Ani oppa, aku tidak apa-apa," kataku memegang kepalaku.
Brakkk
"Kibuuum!" sebelum pingsan aku masih sempat medengar Yesung oppa berteriak.
.
Ý
.
"Yakk! Kim Ryeowook, kau kemana saja? Dongsaeng-mu pingsan sejak tadi. Kau baru tiba sekarang," samar-samar aku mendengar Yesung oppa berteriak.
Siapa? Wookie eonnie? Waeyo?
"Mian oppa… hosh… hosh mian oppa. a-aku dari lab IPA," kata Wookie eonnie meminta maaf dan masih berusaha mengatur nafasnya.
"Bummie-ah, kau tidak apa kan?" sekarang Wookie eonnie mengelus kepalaku. Kurasakan tangannya bergetar.
"Mian eonnie telat Bummie," katanya masih mengelus kepalaku lembut.
"eonnie? Mian. Oppa? Jangan marahi Wookie eonnie," kataku mencoba untuk duduk "Awwww" aku merasakan sakit di kepalaku. Aku tahu itu, kanker di kepalaku pasti sedang mencoba menyakitiku.
"Bummie-ah? Waeyo? Kepalamu sakit?" tanya Wookie eonnie panik.
Pandanganku kabur, aku merasa sakit. Kepalaku benar-benar sakit.
Kibum pov end
Yesung pov
Kibum kembali pingsan, kutatap yeojya manis ini sedang mencoba menahan rasa sakit. Keringat dingin keluar dari tubuhnya. Kami memutuskan membawanya ke rumah sakit.
"Wookie-ah, kau cepat hubungi umma dan appa-mu!" perintahku kepada Ryeowook.
Kibum menjalani pemeriksaan. Kulihat seorang uisanim keluar dari ruangan Kibum.
"Uisanim? Waeyo? Apa yang terjadi?" tanyaku mendekati uisanim itu.
"Apa kau saudaranya?"
"Ne," aku berbohong kepada uisanim itu.
"Dia tidak apa, hanya saja kanker di otaknya mulai bereaksi kembali. Mungkin dia terlalu lelah hingga kanker itu kembali menyakitinya" aku terdiam mendengarnya.
Kanker? Di kepala? Itu berarti kanker otak-kan? Dia lelah? Mungkin karena pelajaran olahraga hingga dia mengalami kelelahan seperti ini.
"Oppa? Umma dan appa sebentar lagi akan datang," teriak Ryeowook padaku.
"Wookie-ah? Kau tahu Kibum sakit? Kenapa kau tetap membiarkannya mengikuti pelajaran olahraga?" teriakku kepada Ryeowook setelah uisanim yang memeriksa Kibum meninggalkan kami.
"Oppa? Maksudmu apa?" tanya Ryeowook mendekatiku.
"Kau tidak tahu kalau Kibum sakit ka…."
"Wookie? Yesung? Kibum dimana?" belum sempat aku menyelesaikan kata-kataku Kim ahjushi memanggil kami dari ujung lorong.
Aku menatap Ryeowook yang sedikit kaget dan berjalan menuju Kim ahjushi.
"Ahjushi, Kibum ada di ruang ini," kataku menarik tangan Kim ahjushi ke ruangan Kibum yang tidak jauh darinya.
Yesung pov end
'Kibum sakit apa?' batin Ryeowook menatap kepergian Yesung dan appa-nya menuju kamar Kibum.
Kangin kemudian mencium kepala putrinya lembut begitu juga dengan Leeteuk.
"Yesung-ah, sebenarnya apa yang terjadi?" tanya Leeteuk kepada Yesung yang hanya memandangi Kibum yang terbaring lemah di atas tempat tidur rumah sakit.
"Uisanim bilang dia hanya kelelahan ahjumma,"jawab Yesung kemudian kembali menatap Ryeowook.
"Oppa? Kenapa kau menatapku seperti itu?" tanya Ryeowook yang sedikit kesal karena sejak tadi Yesung selalu memandanginya seolah dialah yang salah atas kejadian pingsannya Kibum.
"Umma? eonnie?" semua mata kini menatap Kibum yang mengingau memanggil Leeteuk dan Ryeowook.
"Chagiya? Kau sadar?" panggil Leeteuk kemudian menggenggam erat tangan Kibum.
"Bummie-ah? Kau sudah sadar?" sekarang Ryeowook berdiri di dekat Kibum melewati Yesung.
.
Ý
.
Ryeowook pov
'Yesung oppa hari ini benar-benar menyebalkan. Kenapa dia menatapku seperti itu? Apa salahku? hahhhh hanya aku yang bodoh, mencintai Yesung oppa. Hanya aku sendiri yang merasakannya. Sedangkan Yesung oppa sendiri? Aku tahu, dia pasti menyukai Kibum. Tidak pernah sekalipun dia membentak Kibum. Sedangkan kepadaku? Setiap saat. Setiap aku melakukan sedikit kesalahan dia akan selalu marah kepdaku. Hari ini Kibum pingsan aku tidak tahu kalau dia sakit. Mungkin karena dia selalu tersenyum manis kepadaku. Sungguh aku tidak tahu dia sakit apa. Saat aku tanya pada umma ataupun appa. Mereka bilang Kibum hanya lelah. Tuhan, aku mohon agar Kibum sehat seperti biasanya. Karena aku sangat menyayangi dongsaeng-ku itu.'
Aku menutup buku diaryku dan meletakkannya di atas meja belajarku.
"Eonnie? Apa aku boleh pinjam catatan fisikamu?" tanya Kibum yang kini masuk kekamarku.
"Kau sudah baikan Bummie?" tanyaku yang kini mencari buku catatan yang dia minta.
"Ne, aku selalu baik." dia tersenyum memamerkan deretan gigi putihnya kepadaku.
"Kyaaaa, kau manis sekali," aku memeluknya erat.
"Wookie-ah, Bummie-ah, cepat turun. Kita makan malam," teriak umma memangil kami.
"Ne umma" teriak kami serempak.
.
Y
.
"Umma, lihatlah. Aku mendapat nilai tertinggi di kelas" teriak Kibum saat kami pulang sekolah.
"wah benarkah? Chukkae chagiya" kata umma kemudian memeluk Kibum.
"Bagaimana denganmu Wookie?" kini umma bertanya padaku.
"Wookie eonnie mendapat nilai terbaik di angkatan kami umma," kata Kibum menyela sebelum aku berkata.
"Anak pintar" kata umma hanya mengelus kepalaku lembut.
Umma? aku hanya diam memandang umma. umma tidak memelukku seperti Kibum? Aku hanya duduk diam disebelah umma yang masih memeluk Kibum erat.
"Aku ke kamar," kataku dingin kemudian berjalan menuju kamarku.
"Wookie-ah, jangan lupa makan siang," teriak umma padaku.
Aku tidak mempedulikan umma dan kembali berjalan menuju kamarku.
Kulirik brosur yang diberikan Donghae oppa padaku saat jam istirahat di sekolah tadi.
'Apa aku harus mengikutinya?' batinku menatap kertas brosur berwarna putih dengan sedikit garis-garis hijau di tengahnya.
'Akhh, aku rasa aku harus mengikutinya!' batinku kemudian mengisi formulir yang ada di belakang brosur itu.
.
Ý
.
"oppa? Tiga hari lagi datanglah ke sini" kataku memberikan alamat tempat lombaku.
"Lomba akustik?" tanya Yesung oppa setelah membaca alamat yang kuberikan.
"Ne, oppa datanglah. Bukankah oppa bilang ingin melihat permaianan pianoku?" Kataku sedikit kecewa dengan ekspresi Yesung oppa.
"Ne, kalau oppa sempat ne?" katanya mengelus rambutku kemudian berjalan meninggalkan aku.
.
Ý
.
"Wookie-ah? Bagaimana persiapanmu?"
"Oppa? Aku selalu berlatih. Aku ingin mempersembahkan piala ini untuk umma, appa dan Yesung oppa lalu dongsaeng-ku," kataku kemudian kembali memainkan piano yang ada di klub musik.
"Kalau begitu hwaiting, tapi mian ya? Oppa tidak bisa menemanimu. Oppa ada janji dengan Hyukkie," katanya memelas dan mengeluarkan puppy eyes-nya.
"Ne arraso oppa" kataku mengambil coklat yang di berikannya sebagai imbalan karena meninggalkan aku latihan sendiri.
Yah kenapa sendiri? Karena di klub musik ini hanya ada aku dan Donghae oppa. Jadi kalau Donghae oppa pergi maka hanya akan ada aku sendiri.
Sebenarnya Yesung oppa sudah pernah melarang aku untuk masuk ke klub musik. Namun karena teranjur menerima tawaran Donghae oppa aku jadi tidak memepedulikan larangannya itu. Ternyata yang Yesung oppa maksud itu begini.
Ryeowook pov end
"Haruga myeo dari dwego eonjen ganeun
Nae mamedo oneul gateun saebomi oltende
Aju meolli, aju meolli meon gose ineyo geudaeye maeireun bom narira mideo
Aju meon nal, aju meon heunal geudae nareul mannamyeon neul hamkke yeotago yaegi haejwo"
Aku mulai memainkan tuts tuts pianoku, Kibum bilang suaraku indah, seperti suara ikan lumba-lumba. Yesung oppa bilang aku mampu menyanyikan nada-nada tinggi dengan sempurna. Aku bilang, suaraku adalah hartaku setelah Kibum. Dongasaeng yang sangat kusayangi, aku akan rela kalau Yesung oppa menyukai Kibum. Walau pada akhirnya hatiku akan sakit karena melihatnya tapi aku akan senang kalau Kibum mendapatkan kebahagiaan. Karena aku menyukai senyumannya.
"Eonnie? Ayo pulang?" suara Kibum membuat aku berhenti memainkan pianoku dan menatapnya.
"Kemarilah, mau kau mendengar permainan eonnie," kataku manja kepadanya. Yah aku ini memang manja. Kalau ada orang yang melihat kami, mereka akan bilang kalau aku ini adalah dongsaenya Kibum karena Kibum itu sangat dewasa.
"Ne, setelah itu kita pulang ya?" katanya berjalan menuju arahku dan duduk disebelahku.
.
Ý
.
Sepanjang perjalanan pulang aku selalu memperhatikan Kibum. Rasanya ada yang aneh dengan raut mukanya.
"Bummie-ah, kau sakit?" tanyaku berhenti kemudian menatapnya dengan jelas.
"Ah ani, aku hanya lelah. Tadi aku mengangkat barang berat" jawabnya 'jujur' padaku.
"Kalau begitu, biar eonnie hubungi appa agar appa menjemput kita di sini," kataku mengeluarkan ponsel putihku untuk menghubungi appa.
"Ani, aku hanya ingin jalan kaki sama eonnie," pintanya kemudian tersenyum. Haishhh aku benar-benar tidak tahan melihat senyumannya.
"Kyaaaa, kau manis sekali Kibum-ah. Eonnie menyayangimu," teriakku kemudian memeluknya.
"Hentikan kebiasaanmu itu Wookie, kau membuat Kibum sesak," suara baritone itu menghentikan aktifitasku. Kutatap namja berkepala besar itu kesal.
"Yakk! Yesung oppa, kau merusak moodku saja," kataku kesal kemudian menarik Kibum untuk berjalan meninggalkan Yesung oppa. Namun langkah namja itu terlalu besar untukku hingga dia mampu menyamai jalan kami.
Sepanjang perjalanan pulang, Kibum sangat senang mendengar celotehan Yesung oppa yang untukku dia benar-benar cerewet.
Sungguh. Aku senang saat melihat Kibum tertawa lepas begini. Tapi hatiku sakit kalau mengetahui kenyataan ini. Yesung oppa berjalan di antara aku dan Kibum, namun dia menggenggam erat tangan Kibum.
"Ayo lari," teriak Yesung oppa menarik tangan Kibum menyeberangi jalan yang lampunya maish merah dan sebentar lagi akan hijau.
Aku berhenti melihat Yesung oppa menarik tangan Kibum dan meninggalkan aku sendiri di perempatan jalan.
Tetttttt
Suara klekson mobil menyadarkan aku, kulihat Kibum melambaikan tangannya dari sebrang jalan.
"Wookie-ah, kami tinggal ya?" teriak Yesung oppa kemudian berjalan menarik Kibum.
Aku hanya bisa diam. Memangnya aku bisa apa? Aku tidak bisa apa-apa. Untukku kebahagiaan Kibum adalah yang terpenting.
.
o≠Ý≠o
.
Aku sampai di rumah, kulihat umma menyiapkan makan siang kami.
"Eonnie, mian meninggalkanmu. Yesung oppa menarikku," kata Kibum yang kini menghampiriku "Tapi kenapa eonnie lama sekali?" tanyanya kepadaku.
"Ini! eonnie mampir membeli jeruk ini. Kau suka kan?" kataku memberikan sebuah jeruk kepada Kibum.
Yah, Kibum itu sangat suka jeruk, aku suka membelikannya jeruk kalau sedang ada diskon.
"Ne, aku suka," teriaknya kemudian memelukku sekilas dan berlalu begitu saja.
.
Ý
.
'Hari ini aku berlatih sendiri di ruang klub musik. Donghae oppa ada kencan dengan Eunhyuk-eonnie. Tapi aku senang hari ini Kibum mendengarkan permainan pianoku _
Hari ini juga ada yang aneh dengan Kibum, dia terlihat pucat. Tapi saat kutanya dia bilang dia baik-baik saja. Tuhan, aku harap Kibum benar-benar baik-baik saja.
Hari ini perjalan pulang Yesung oppa meninggalkan aku sendiri. Aku berjalan sendiri dan diperjalanan aku membeli jeruk untuk Kibum. Dia terlihat senang dengan jeruk yang kubelikan _
hatiku memang sakit melihat Yesung oppa bersama Kibum, tapi aku senang kalau Kibum bisa tertawa. Aku suka melihatnya tersenyum. Dia sangat manis. Dia dongsaengku, dia saudaraku satu-satunya. Bagiku cinta bisa dicari, tapi dongsaengku itu tidak bisa dicari, dia anugerah tuhan yang diberikan untuk memberi kebahagiaan kepadaku lewat senyumannya. Dua hari lagi aku aka mengikuti lomba akustik itu. Tuhan, aku mohon agar Yesung oppa datang dan melihat performanceku nanti' aku menutup diaryku.
"Eonnie, ayo makan?" teriakan Kibum membuat aku dengan segera meletakkan diaryku ke tempatnya dan berjalan menuju dapur kami untuk makan malam.
Ryeowook pov end


chapter 1

Tidak ada komentar:

Posting Komentar